Review dan sinopsis 'Munkar': Film horor terbaru yang mengangkat isu sosial

8 Februari 2024, 20:39 WIB
Poster film 'Munkar' - Review dan sinopsis 'Munkar': Film horor terbaru yang mengangkat isu sosial /Tangkap layar Instagram,com/@munkarfilm

WartaBulukumba.Com - Di bawah rembulan pucat, sebuah adegan mencekam membuka tirai narasi "Munkar". Malam-malam berlalu di bawah koridor gelap dan ruangan penuh rahasia. Inilah film horor terbaru Indonesia yang agak berbeda lantaran beranjak dari isu dan kritik sosial.

Keanehan yang menimbulkan keresahan di suatu pondok pesantren terjadi semenjak salah satu santriwati kembali! Anggy Umbara, dikenal dengan sentuhan khasnya dalam genre horor, berhasil menggabungkan kejutan dan misteri dengan apik.

Di layar lebar, bayangan-bayangan horor menari-nari. Mengumandangkan kisah sejak Rabu, 7 Februari 2024, bioskop-bioskop di Indonesia telah menjadi saksi peluncuran film ini.

Baca Juga: Sinopsis dan review film 'Agak Laen': Komedi horor selama 119 menit

Sinopsis Munkar

"Munkar" mengajak penonton menyelami lorong-lorong misterius sebuah Pondok Pesantren. Kisah dimulai dengan tragedi bullying yang menimpa seorang santriwati, memicu serangkaian peristiwa misterius.

Kecelakaan, kehilangan, dan kemunculan kembali sang santriwati menjadi benang merah yang mengikat alur cerita.

Adhisty Zara dan rekan-rekannya, Ratu Sofya hingga Tyo Pakusadewo, membawakan karakter mereka dengan luar biasa.

Baca Juga: Sinopsis 'Pemukiman Setan': Perempuan dalam pasungan, harta karun dan horor penuh kejutan

Ekspresi wajah Zara, misalnya, berhasil menampilkan perpaduan antara ketakutan yang murni dan kekuatan internal yang berkobar.

Di jantung "Munkar", performa aktor dan aktris menjadi kunci utama yang menghidupkan narasi. Adhisty Zara, sebagai protagonis, menampilkan transformasi karakter yang kompleks dengan kehalusan emosi yang mengagumkan. Dia berhasil mengeksplorasi kedalaman karakternya, dari ketakutan yang rapuh hingga keberanian yang menentang kegelapan.

Ratu Sofya dan Saskia Chadwick, dalam peran pendukung, tidak kalah mengesankan. Mereka memberikan nuansa khas pada karakter mereka, menciptakan kontras yang dinamis dengan Zara. Kemampuan mereka dalam mengekspresikan konflik internal dan eksternal melalui gestur dan ekspresi wajah menambah kekayaan emosional film.

Baca Juga: Berani nonton? Review film horor terbaru 2024 'Trinil: Kembalikan Tubuhku'

Aspek Teknis

Sinematografi "Munkar" layak mendapat pujian. Penggunaan cahaya dan bayangan tidak hanya menambah depth visual tapi juga memperkuat nuansa horor.

Skor musik, yang meresap hingga ke tulang, dan efek suara yang mengejutkan, semakin meningkatkan pengalaman menonton.

Desain set "Munkar" mencerminkan perpaduan antara tradisi dan misteri. Pondok Pesantren yang menjadi latar utama dirancang dengan detil, menampilkan arsitektur khas dengan lorong-lorong gelap dan ruangan-ruangan yang penuh rahasia. Setiap sudut dan celah tampak hidup, seolah-olah menyimpan cerita tersendiri.

Kostum para karakter, sederhana namun penuh makna, memberikan sentuhan realitas pada film. Seragam santriwati dan santri, misalnya, tidak hanya sebagai pakaian, tapi juga sebagai simbol kesederhanaan dan kerendahan hati yang bertentangan dengan kejahatan yang terjadi.

Editing film ini patut diacungi jempulan. Transisi antar adegan yang lancar dan pacing cerita yang tepat membuat penonton terus terpaku. Penggunaan jump cuts dan overlay adalah beberapa teknik yang digunakan dengan cerdas untuk meningkatkan tensi dan mengejutkan penonton.

Pendekatan Tema dan Simbolisme

Film ini tidak sekadar horor semata. Isu bullying dan misteri yang diangkat berbicara lebih dalam. Penggunaan simbol-simbol seperti ruang tertutup dan kegelapan menggambarkan perasaan terisolasi dan takut yang dialami korban.

Sejak perilisannya, "Munkar" telah memicu diskusi luas di kalangan penonton dan kritikus. Banyak yang mengapresiasi pendekatan film terhadap tema sensitif dengan cara yang menghibur sekaligus mendidik.

"Munkar" bukan hanya tentang teror supernatural, tapi juga tentang isu sosial yang relevan. Bullying, sebagai tema utama, dihadirkan bukan hanya sebagai latar belakang cerita, tapi juga sebagai kritik sosial. Film ini mengeksplorasi dampak psikologis bullying pada korban dan komunitas mereka.

Selain itu, film ini juga menyoroti dinamika kekuasaan dalam komunitas kecil seperti Pondok Pesantren. Bagaimana otoritas dan kepercayaan digunakan dan disalahgunakan menjadi bagian penting dari narasi. Melalui "Munkar", penonton diundang untuk merefleksikan isu-isu sosial ini dalam konteks yang lebih luas.

"Munkar" adalah sebuah perjalanan menegangkan yang memikat hati. Film ini bukan hanya tentang teror semata, tapi juga tentang bagaimana kita menghadapi ketakutan dan misteri dalam kehidupan.***

Editor: Sri Ulfanita

Tags

Terkini

Terpopuler