Produser film ‘Kulari Ke Pantai’: digital platform tidak mampu menopang

7 Maret 2021, 05:05 WIB
Mira Lesmana.* /@mirles/

WartaBulukumba - Film- film yang sukses menarik penonton tidak serta merta muncul tanpa usaha yang besar. Mulai dari tenaga, waktu dan materi yang terkuras habis untuk terciptanya karya yang memuaskan khalayak. 

Biaya produksi yang mahal dan segala pengorbanan pada proses pembuatan film selalu menjadi pertimbangan besar untuk melanjutkan proses pemasaran film.

Kita kembali lagi membahas dampak wabah pandemi pada ranah ekonomi. Lagi-lagi Corona telah menciptakan sekelumit keresahan. Banyak rumah produksi yang memutuskan untuk menjual filmnya ke layanan streaming digital, hal ini dianggap cukup membantu walau tidak sepenuhnya bisa menopang biaya produksi.

Baca Juga: Ketua GPBSI: Bioskop tidak cengeng saat pandemi, malu dong sama Internasional

Mira Lesmana Produser Miles Pictures mengungkapkan, kehadiran layanan streaming digital saat menjadi media alternatif untuk rumah produksi dan juga penonton agar tetap dapat menyaksikan film atau serial. Akan tetapi, hal ini tidak cukup kuat untuk memberikan penghasilan atau mengganti biaya produksi apalagi jika Bisakah bioskop diganti dengan layanan streaming digital?

"Sekarang ada digital platform tapi tidak mencukupi untuk menopang industri kita. Bisa membantu tapi tidak mencukupi, jadi kita butuh sekali bioskop," katanya.

Target pendapatan rumah produksi adalah hasil penjualan tiket di bioskop. Jika bioskop tak kunjung terbuka, berarti tidak ada pengganti biaya produksi. Sebab 90 persen penghasilannya berasal dari terjualnya tiket tersebut.

Baca Juga: Netflix akan tayangkan film dan serial Korea, ini daftarnya

Menurut Mira jika terus menerus memilih jalur digital, film-film dengan biaya produksi yang besar akan sulit bertahan.

"Kalau yang besar sekali langsung dibawa ke digital platform, digital platformnya enggak akan kuat dan kitanya juga jadi tidak tertutup biayanya," timpalnya.

Menurut Mira, platform digital bisa dimanfaatkan untuk film dengan biaya produksi yang tidak besar. Akan tetapi hal ini juga akan berpengaruh pada kualitas filmnya. Hal ini sangat disayangkan jika dilakukan terus-menerus sebab kualitas film Indonesia sudah mulai diperhitungkan dunia.

Baca Juga: Film animasi Rugrats akan tayang di Paramount

"Mau tidak mau skalanya mengecil, padahal kita sudah ada di posisi yang berbeda nih, kita jadi mundur kan. Bukannya enggak bisa atau enggak boleh, tapi kita sudah mau melaju nih, menyaingi berbagai pasar," ujar Mira. 

Mira sangat menyayangkan produk film Indonesia yang telah diperjuangkan selama beberapa tahun terakhir dan mulai dilirik untuk diperhitungkan. Pembangunan yang tidak mudah, dirobohkan dan memulai segalanya dari awal lagi.

"Bukannya tidak bisa mengecilkan tapi kita akan mundur, enggak bisa lagi jadi pesaing di sana. Ini yang kita takutkan kalau tidak ditopang semua yang sudah kita push 4-5 tahun terakhir ini dan itu akan sia-sia dan harus bangun dari 0 lagi," imbuhnya. 

Baca Juga: Cuitan pertama di twitter nilainya seperti harta karun

Pada tahun 2019, Indonesia masuk dalam 10 besar pasar film internasional. Hal ini ditunjang dengan kualitas dan biaya produksi yang besar sehingga mampu bersaing dengan lm-lm internasional. 

"Kemarin kan kita punya production value udah tinggi sekali ya, film yang kita buat itu kelasnya sudah menyaingi dunia internasional, menuju ke sana walau belum sebesar Hollywood tapi sudah memperlihatkan kehebatannya," kata produser film "Kulari ke Pantai" itu.***

Editor: Nurfathana S

Sumber: AntaraNews

Tags

Terkini

Terpopuler