WartaBulukumba.Com - Ramadhan, bulan yang penuh dengan spiritualitas dan refleksi, juga menjadi waktu di mana bisnis kuliner Ramadhan mendapatkan tempat khusus di hati masyarakat.
Industri dan bisnis kuliner, yang selalu cepat beradaptasi, niscaya terus berupaya menangkap esensi bulan suci ini melalui inovasi dan penyesuaian menu.
Kita akan menggali berbagai tren kuliner yang muncul selama Ramadhan, dari kebangkitan masakan tradisional hingga penggunaan teknologi dalam pengalaman bersantap.
Baca Juga: Bagaimana mengelola dana KUR BRI secara efektif?
Makanan Tradisional vs Fusion
Menghidupkan Kembali Masakan Tradisional
Dalam beberapa tahun terakhir, ada tren yang menarik kembali masyarakat kepada akar kuliner mereka, terutama selama Ramadhan. Masakan tradisional, dengan rasa kaya dan sejarahnya yang mendalam, telah mengalami semacam renaissance.
Banyak chef di restoran terkemuka mulai menggali resep-resep lama, yang mungkin telah dilupakan atau diabaikan dalam kegemaran modernitas. Misalnya, di Indonesia, restoran-restoran menghidangkan versi modern dari "gulai kambing" atau "ketupat" dengan sentuhan kontemporer.
Selain itu, variasi regional masakan tradisional juga menjadi perhatian. Di Malaysia, misalnya, masakan "nasi kandar" khas Penang atau "laksa" Johor mendapatkan popularitas baru dengan presentasi yang lebih modern dan penyajian yang lebih berseni.
Baca Juga: KUR BRI 2024: Menyulam sukses UMKM dengan pinjaman tanpa jaminan, cukup pakai KTP
Fusion Food
Di sisi lain, tren fusion food tidak menunjukkan tanda-tanda melambat. Kombinasi unik antara rasa lokal dan internasional terus menarik bagi palette konsumen yang semakin mengglobal.