Mengisi libur panjang di surga tersembunyi Bulukumba: Menyelami keindahan Telaga Biru Ere Manerang

- 22 Juni 2024, 05:00 WIB
Seorang wisatawan asing 'melayari' Telaga Biru Ere Manerang.
Seorang wisatawan asing 'melayari' Telaga Biru Ere Manerang. /Jelajah Wisata Bulukumba (JWB)

WartaBulukumba.Com - Mengisi libur panjang di surga tersembunyi Bulukumba? Yuk menyelami keindahan Telaga Biru Ere Manerang. Di pagi hari, saat embun masih setia menggantung di ujung dedaunan, mentari mulai merangkak perlahan, menembus celah-celah hutan yang rimbun.

Sinar emasnya melukis panorama, menciptakan pantulan biru keperakan di permukaan telaga yang tenang. Seolah-olah sang mentari sedang memainkan simfoni cahayanya, mengubah setiap butiran air menjadi kristal hidup yang menari riang di atas permukaan telaga.

Telaga Biru Ere Manerang dapat kita rengkuh setelah melalui perjalanan menuju Kampung Subba di Kelurahan Benjala, Kecamatan Bonto Bahari, Kabupaten Bulukumba, Sulawesi Selatan.

Baca Juga: Destinasi wisata alam recommended di Bulukumba: Menjangkau matahari senja di Bulupadido

Tarian Cahaya dan Warna di Telaga Biru

Perahu 'Pinisi' di tengah Telaga Biru Ere Manerang
Perahu 'Pinisi' di tengah Telaga Biru Ere Manerang Jelajah Wisata Bulukumba (JWB)

Telaga Biru Ere Manerang bukan sekadar tempat wisata; ia adalah panggung bagi tarian cahaya dan warna yang mempesona.

Hijau dedaunan yang mengelilingi telaga berpadu harmonis dengan biru langit, menciptakan kanvas alam yang mengundang siapa pun untuk terpesona.

Setiap sudut telaga ini bagaikan bagian dari sebuah lukisan impresionis, di mana setiap goresan warna mencerminkan kedamaian dan keindahan yang sulit ditemukan di tempat lain.

Baca Juga: Menyelami bening sejarah di Buhung Labbua: Tempat cahaya Islam pertama kali memancar di Bulukumba

Di tengah ketenangan ini, aurora biru Telaga Biru Ere Manerang menyapa dunia dengan keindahan yang menggetarkan. Sinar mentari pagi yang perlahan merayap di antara dedaunan menciptakan sebuah pemandangan yang seolah-olah diambil dari dunia dongeng.

Di sini, langit dan bumi bertemu dalam sebuah pelukan mesra, menghadirkan keajaiban yang memikat hati dan menyegarkan jiwa.

Saat hari mulai beranjak, kehidupan di tepi telaga berdenyut. Pedagang mulai menyiapkan lapak, memperlihatkan kekayaan budaya lokal di bawah naungan pohon kelapa.

Di sisi lain, barisan perahu tradisional terhampar, siap membawa pengunjung ke dalam pengalaman yang tak terlupakan.

Baca Juga: Monumen alam penjaga horison Bulukumba: Batu Tongkarayya yang selalu menantang para petualang

Bagi mereka yang mencari inspirasi, Telaga Biru Ere Manerang menjadi kanvas hidup. Ia lebih dari sekadar destinasi; ia adalah oasis ketenangan, suatu tempat di mana waktu seolah terhenti dan emosi mengalir bebas tanpa batas.

Telaga ini bukan hanya sekadar destinasi wisata biasa. Ia adalah penawar bagi kepenatan dan hiruk-pikuk kehidupan sehari-hari. Di sini, waktu melambat dan perasaan dibiarkan mengalir dalam pelukan kedamaian.

Berkeliling Telaga Biru seolah membawa jiwa menjelajahi sebuah surga tersembunyi di timur Indonesia.

Saat langit pagi memancarkan keindahannya, beberapa pelapak mulai mempersiapkan jualannya, menyuguhkan aneka rupa kebudayaan lokal di bawah rimbunnya pohon kelapa. Di tepian telaga, perahu-perahu bersandar dengan anggun, siap menawarkan pengalaman eksplorasi yang tak terlupakan.

Akses menuju lokasi

Para wisatawan dari berbagai penjuru dunia dengan penuh antusias menikmati perahu-perahu tradisional. Tak kurang pula yang memilih menikmati terik pagi dengan berjemur, meresapi sinar matahari yang hangat.

Spot-spot foto tak luput dari perhatian pengunjung. Miniatur perahu Pinisi, ikon budaya maritim Sulawesi Selatan, menjadi daya tarik tersendiri.

Sementara payung-payung berderet membingkai jalur menuju perahu, menambah pesona estetik di setiap sudut Telaga Biru.

Lokasinya yang strategis, hanya berjarak sekitar 300 meter dari jalan Poros Bulukumba menuju Tanjung Bira, menjadi nilai tambah yang tak terhingga.

Untuk memasuki Telaga Biru, pengunjung cukup mengeluarkan sejumlah retribusi yang terjangkau. Hanya dengan Rp7000 untuk kendaraan beroda dua dan Rp15000 untuk kendaraan beroda empat, keindahan luar biasa Telaga Biru sudah dapat dinikmati.

Ketika kaki memasuki airnya yang jernih, biru itu tak lagi sekadar warna. Telaga memancarkan keasrian yang memikat, dengan tanaman air yang menghuni dasarnya, memberikan sentuhan alami. 

Dengan biaya sekitar Rp30.000, pengunjung dapat menikmati pengalaman 'pelayaran' yang tak terlupakan. Tak heran jika mereka betah berlama-lama, menikmati panorama Telaga Biru dari atas perahu Pinisi, sambil menjadikan momen-momen istimewa sebagai kenang-kenangan abadi.***(Israwaty Samad)

Editor: Nurfathana S


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah