Sawerigading, putra Mahkota kerajaan Luwu di pesisir Sulawesi Selatan baru saja pulang. Sang Pangeran yang gagah perkasa ini baru pulang melanglang buana.
Di kampung halamannya, ia justru jatuh hati pada saudara kembarnya sendiri, Watentri Abeng yang jelita.
Tentu saja Sang Puteri menolak cinta terlarang ini. Raja dan Permaisuri pun murka. Itu tak boleh terjadi. Niat Sawerigading hanya akan mendatangkan petaka bagi bumi Luwu.
Oleh karena itu, Sawerigading harus dilaknat. Tetapi, meski menolak cinta terlarang Sawerigading, Watentri Abeng ikut berduka. Walau bagaimana pun, Sawerigading adalah tetap saudara kembarnya.
Untuk menghibur Sawerigading, Watenri menyuruh saudara kembarnya itu pergi ke negeri Tiongkok.
Watentri berkata, “Di negeri Tiongkok ada seorang puteri yang wajahnya sangat mirip dengan wajahku. Puteri We Cudai namanya.”
Baca Juga: Selama 2,5 jam Jokowi naik Perahu Pinisi Bulukumba ke Pulau Rinca
Sawerigading menerima usulan adiknya itu. Celakanya, Sawerigading tidak dapat berlayar karena kapalnya sudah tua dan rapuh. Untuk membuat sebuah kapal yang baru dan tangguh, ditunjukkanlah kepadanya pohon welengrenge, sebatang pohon milik Dewata di Mangkutu.
Pohon bertuah itu coba ditebang. Tetapi, sekuat daya diupayakan, pohon itu tidak bisa tumbang.