Catatan dari Diskusi Buku 'Maharku: Pedang dan Kain Kafan, Jilid 2' (2)

- 25 November 2022, 14:11 WIB
Catatan dari Diskusi Buku 'Maharku: Pedang dan Kain Kafan, Jilid 2' (2)
Catatan dari Diskusi Buku 'Maharku: Pedang dan Kain Kafan, Jilid 2' (2) /Dok. Asnawin Aminuddin

Baca Juga: Pemerhati budaya Sulawesi Selatan di Yogyakarta: 'Pemda Bulukumba perlu mengapresiasi karya-karya Dul'

Kemudian melanjutkan dengan kalimat, “Caramu berbeda... Tak seperti aku pahami, kau tuntun aku keras untuk mengenal si lembut. Kau bimbing aku lantang menantang maut dan pantang berlutut, kau tinggalkanku sendiri agar manja tak lama terpaut, kau tuntun aku kuat hingga lemah pun takut.”

“Halusmu... Candamu... Tegasmu... Semua demi aku.
Hangatmu... Suaramu... Tegarmu... Segala demi aku
mungkin itu yang tergambar dalam maharmu yang kau
minta kepadaku waktu itu KAIN KAFAN DAN PEDANG DAN CINCIN MAHARMU YANG KAU DONASIKAN UNTUK PALESTINA.”

“Kutitipkan rinduku lewat jembatan Fatihah di setiap aku mengingatmu, mungkin ini satu-satunya jembatan yang bisa dilewati untuk menyampaikan rinduku padamu, semoga kelak di pertemukan di alam sana, suatu alam yang dijanjikan Allah yaitu surga.”

Baca Juga: Mampukah puisi cegah korupsi dan puisikah puisi itu? Ini hasil bedah sastrawan Bulukumba pada antologi 'SBDK'

“Begitulah Maman belum lagi lelah mencintai,” kata Bung Yudhi, seraya mengutip kalimat Maman Rumaday berikutnya dalam bukunya;
“Mencintai adalah menerima apa adanya orang yang kita cintai, lihat dia sebagai anugerah dan berkah bagi kita.”(Bersambung).***

Halaman:

Editor: Nurfathana S


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x