Melihat Bulukumba dari atas rumah pohon Binara Cinta Kaisah Ayatulauni di Tandabaca

- 10 Juni 2023, 14:46 WIB
Melihat Bulukumba dari atas rumah pohon Binara Cinta di Tandabaca
Melihat Bulukumba dari atas rumah pohon Binara Cinta di Tandabaca /Kolase foto WartaBulukumba.com/Dok. Tandabaca

WartaBulukumba - Melihat Bulukumba dari atas rumah pohon Binara Cinta Kaisah Ayatulauni di Tandabaca adalah sensasi memeluk udara dingin, angin yang gigil, dan menangkap lanskap yang bisa membuat mata nanap tanpa kedip.

Di puncak bukit yang menghampar di atas ketinggian 900 mdpl, sebuah rumah pohon menjulang gagah. Atapnya dari rumbia, terbentang untuk menepis hujan. Tiang-tiangnya dari kayu-kayu kokoh menyatu dengan alam Bulukumba di wilayah barat.

Rumah pohon ini bertingkat dua, dengan dua tangga kayu yang memeluk erat. Saling silang untuk menuju lantai satu dan dua. Sebatang pohon raksasa menjadi tiang utama. Sejumlah bocah yang kediaman mereka tentu sangat jauh dari pusat ibukota Kabupaten Bulukumba terlihat bersemangat duduk bersila di lantai atas.

Baca Juga: TBM Karama Cendekia: Tunas-tunas cendekiawan Bulukumba di lingkaran Al Quran, Bahasa Inggris dan buku-buku

Anak-abak Pramuka berkemah di sekitar Binara Cinta
Anak-abak Pramuka berkemah di sekitar Binara Cinta Dok. Tandabaca

Di sela dedaunan hijau, anak-anak itu terhanyut dalam dunia khayal yang ditawarkan oleh buku-buku mereka. Cahaya senja yang menyelip di antara cabang-cabang membentuk coretan emas di halaman-halaman yang terbuka.

Desau angin mengalir memenuhi ruang kosong antara kata-kata. Suasana magis ini melahirkan ruang di mana imajinasi berkembang dengan bebas, di mana cerita-cerita terbang di udara seperti kupu-kupu yang menari.

Di atas rumah pohon ini, anak-anak menemukan dunia yang tak terhingga, di mana petualangan berpindah dari halaman kehidupan mereka yang riil.

Baca Juga: Menjadi 'Gembel' ala pegiat literasi Bulukumba! Kok bisa? Ini ceritanya

Tandabaca

Desa Kindang, sebuah desa kecil yang terletak di arah barat Kota Bulukumba, Sulawesi Selatan, memiliki potensi wisata yang belum banyak diketahui.

Desa ini dikenal sebagai daerah penghasil kopi dan cengkeh, dengan mata pencaharian utama penduduknya adalah bertani.

Lalu datanglah Tandabaca yang menjelma menjadi sebuah tempat wisata yang terletak di Dusun Sapayya, Desa Kindang, dan berada di atas bukit dengan ketinggian 900 mdpl.

Baca Juga: Yuk ikutan! Ada lapak baca gratis sekali sepekan untuk warga Bulukumba di Pantai Merpati

Pada tahun 2019, seorang pemuda Kindang yang juga seorang penulis mengambil inisiatif untuk mengembangkan potensi wisata desa ini dengan membuat tempat wisata bernama Tandabaca.

Irhyl R. Makkatutu, mengungkapkan dalam sebuah tutur teks bahwa sederhananya, dalam hidup, kita membutuhkan Tandabaca, entah itu titik atau koma atau tanda baca lainnya sebagai ruang refleksi apa hanya perlu jeda atau memang harus berhenti

"Ini sebagai roda penggerak dan penghasil UMKM. Selain itu, jika berkunjung kita juga dapat berkenalan dengan pohon cengkeh, kopi hingga porang yang belakangan ini menjadi salah satu komoditas andalan penduduk Desa Kindang," ujarnya.

Baca Juga: Membaca Bulukumba dari Pantai Merpati: Favorit baru pegiat literasi menggelar lapak baca gratis

Irhyl juga menguraikan, Tandabaca dirancang sebagai ruang publik yang menyediakan tempat untuk beristirahat dan merenung dari keruwetan pikiran dan kesibukan sehari-hari.

"Selain menawarkan pemandangan alam yang indah dan udara segar pedesaan, Tandabaca juga menyediakan perpustakaan alam yang dipenuhi dengan buku-buku," terangnya.

Tidak hanya pohon cengkeh dan kopi, jika kita menengok ke sebelah kanan, kita akan akan disuguhi pemandangan sawah dengan pematang khas bertumpuk-tumpuk yang sangat eksotis dipandang mata. Pemandangan sawah ini akan semakin terlihat memesona bila berada di atas rumah pohon yang diberi nama Binara Cinta Kaisah Ayatulauni. 

Baca Juga: Menemukan cinta pada Al Quran dan buku bersama Asfar Nur, pegiat literasi di utara Bulukumba

Pengunjung dapat menikmati pengalaman membaca di alam terbuka yang akan menjadi momen yang tak terlupakan.

Angin sepoi yang lembut akan menemani mereka saat merenung dan menikmati buku-buku yang tersedia. Selain itu, di Tandabaca juga tersedia berbagai jajanan tradisional yang dapat dibeli dengan membayar menggunakan sampah daur ulang, sebagai upaya untuk mengurangi pencemaran lingkungan.

Nama Tandabaca dipilih dengan alasan pribadi yang mengacu pada arti tanda baca sebagai tanda untuk berhenti sejenak ketika membaca. Tempat ini tidak hanya menjadi ruang jeda ketika membaca, tetapi juga menjadi pengingat untuk tidak rakus dalam hidup.

Tandabaca juga memiliki makna universal dalam bahasa Indonesia, di mana tidak ada padanan kata yang sesuai untuk menggambarkan pemberhentian bacaan atau tulisan.

Baca Juga: Era buku cetak sebentar lagi selesai? Di Indonesia Toko Buku Gunung Agung segera tutup permanen

Akses dan Fasilitas

Akses menuju Tandabaca sangat mudah dijangkau meskipun berada di atas bukit. Pengunjung dapat mengikuti papan penunjuk dengan tulisan "Tandabaca" yang terletak di pinggir jalan.

Dari tempat parkir, pengunjung hanya perlu berjalan menyusuri jalan setapak yang mengarah ke atas bukit untuk sampai ke lokasi Tandabaca.

Pengembangan Tandabaca juga memiliki tujuan untuk memberikan tempat dan ruang edukasi bagi anak-anak sekolah dan masyarakat setempat.

Baca Juga: Sesobek dari lembaran sejarah gerakan literasi di Bulukumba

Tempat ini juga diharapkan dapat menjadi pendorong perekonomian masyarakat dengan mendorong pengembangan usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) di sekitar Tandabaca. Selain itu, pengunjung juga dapat berkenalan dengan komoditas andalan Desa Kindang seperti pohon cengkeh, kopi, dan porang.

Meskipun Tandabaca masih dalam tahap pengembangan, tempat ini telah menyediakan fasilitas seperti panggung, WC, dan listrik untuk kenyamanan.***

 

 

 

 

 

Editor: Alfian Nawawi


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x