Menyingkap 'selembar Bulukumba' dari semangat baca anak-anak di pelosok

27 Februari 2023, 21:40 WIB
Lapak baca gratis dalam Sabtu Produktif oleh Literasi Satu Atap di Bontomatene, Kelurahan Tanete, Sabtu 10 April 2021. /WartaBulukumba/Sri Ulfanita

WartaBulukumba - Menyingkap sesekali Bulukumba dari semangat baca anak-anak pelosok maka itu serupa sebuah sungai yang mengalir deras yang di pinggirannya berdiam pohon-pohon rindang.

Angin berkejaran dengan tenang, tak peduli langit mulai memerah saat senja. Lusinan aksi literasi kerap menyambangi sejumlah kampung terpencil di Kabupaten Bulukumba, Sulawesi Selatan sejak lima tahun belakangan.

Di pinggir Bulukumba tak hanya sawah yang terhampar luas, dengan padi yang telah siap untuk dipanen. Tidak hanya angin yang sepoi-sepoi menerpa wajah serta bau tanah yang khas dari pedesaan. Kita juga akan sesekali disapa tawa riang anak-anak kecil yang polos dan ramah.

Baca Juga: Melongok Bulukumba di ujung pekan: Literasi Satu Atap di Sabtu Produktif

Datanglah kepada mereka namun sembunyikanlah gadget. Yang harus kita sajikan adalah buku-buku bacaan. Mereka selalu menunjukkan ketertarikan terhadap sampul buku-buku bacaan khusus untuk anak-anak yang baru mereka lihat.

Pengalaman seperti itu kerap dialami oleh para pegiat literasi di Bulukumba. Salah satunya adalah Suriyandi Asbir, seorang pegiat literasi di Kelurahan Tanete, Kecamatan Bulukumpa.

Menurut penuturan salah satu penulis muda di Bulukumba ini, dia dan kawan-kawannya yang sering mengadakan lapak baca gratis di sejumlah kampung terpencil, tidak hanya melihat rumah-rumah penduduk yang terbuat dari kayu dan bambu, dengan atap yang terbuat dari ijuk. Mereka pun bisa melihat getaran  betapa hausnya anak-anak di pedesaan terhadap buku-buku bacaan.

Baca Juga: Bertandang dengan cinta dan keras kepala ke sisi terluar Bulukumba di ketinggian 900 MDPL

Hal itu mereka rasakan setiap kali menggelar agenda rutin Sabtu Produktif setiap akhir pekan. Agenda lapak baca gratis itu dikemas dalam gerakan Literasi Satu Atap yang menghimpun beberapa komunitas dan individu pegiat literasi di Bulukumba.

"Persoalan yang ada sebenarnya bukan karena minat baca yang rendah. Hal itu terbukti dengan antuasiasme anak-anak desa setiap kami menggelar lapak baca di pelosok. Persoalan yang ada sebenarnya adalah akses baca yang kurang atau terbatas," tutur Suriyandi Asbir kepada WartaBulukumba.com pada Senin, 27 Februari 2023.

Begitulah, buku-buku bergerak menemui pembacanya. Bagi para pegiat literasi Bulukumba, kata "pustaka" adalah sesuatu yang harus bergerak aktif menyebarkan buku-buku dan memfasilitasi akses membaca untuk masyarakat.

Baca Juga: Sekolah Alam yang memanggil-manggil dari Benteng Senggang, sisi terluar Bulukumba

Buku-buku "bergerak" menemui pembacanya adalah berarti buku-buku tidak hanya berada di satu tempat atau di dalam gudang, tetapi disebarkan agar orang dapat menemukannya dan membacanya.

Suriyandi Asbir mengungkapkan bahwa komunitas Literasi Satu Atap tak akan pernah berhenti untuk terus menebar virus literasi ke sekujur Bulukumba.

Dia juga menjelaskan, selain menyebarkan virus literasi, Sabtu Produktif adalah metode tatap muka yang juga senantiasa diproyeksikan sebagai jembatan silaturahmi antar komunitas.

"Hari Sabtu menjadi hari di mana mereka secara aktif dan rutin melakukan pertemuan tatap muka. Sedangkan produktif lebih ke arah di mana mereka melakukan aktivitas yang lebih bermanfaat dan jauh dari kata mager. Singkatnya Sabtu Produktif adalah hari anti mager," urainya.***

Editor: Alfian Nawawi

Tags

Terkini

Terpopuler