WartaBulukumba - Mereka adalah salah satu potret kehidupan perdesaan di sisi marginal. Kebersahajaan, serba kekurangan, dan ketabahan adalah sajian menu yang rutin.
Nenek Cani menghuni sebuah rumah yang kurang layak huni. Hidup bersahaja dan seadanya bersama dengan dua orang putrinya.
Semakin menua bersama fisik yang terbatas, Nenek Cani yang kini berusia 90 tahun semakin melamban dalam kesehariannya.
Baca Juga: Polwan pengawal terakhir Pemimpin Besar Revolusi berpulang
Salah satu putrinya juga adalah penyandang disabilitas. Sama halnya dengan Nenek Cani yang mengalami kelumpuhan sejak kecil.
Ketiganya berada dalam sebuah rumah sederhana, yang juga dihuni ketabahan dan kisah-kisah tak terperikan pada salah satu sudut di Dusun Loka, Desa Tamaona, Kecamatan Kindang, Kabupaten Bulukumba.
Kini, Nenek Cani tak dapat leluasa bergerak lagi akibat penglihatannya yang semakin kabur. Putrinya yang disabilitas juga demikian. Netra tak sampai pada jarak pandang jauh maupun dekat.
Baca Juga: Antara KLB Deli Serdang, kebrutalan dalam demokrasi, dan isu upaya melejitkan elektabilitas
"Sejak sekitar dua bulan lalu tak mampu melihat dengan baik, kiri dan kanan," kata Ranni, salah satu putri Nenek Cani.