Review film The Architecture of Love: New York dan kompleksitas cinta yang rumit

- 3 Mei 2024, 20:48 WIB
The Architecture of Love
The Architecture of Love /Instagram/@filmtaol

Diadaptasi dari novel karya Ika Natassa

Diawali dengan kebuntuan kreatif yang menghimpit seorang novelis, karya ini diadaptasi dari novel populer karya Ika Natassa yang debut di bioskop Indonesia menjelang akhir April 2024.

Raia, penulis terkemuka dengan serangkaian novel bestseller, terjerat dalam krisis kreatif yang memilukan pasca perceraian yang mengoyak hatinya.

Trauma emosional bukan hanya meninggalkan dia patah hati, tetapi juga terjerat dalam labirin ketakutan akan cinta. New York, dengan segala keriuhan dan kecantikannya, menjadi tempat pelariannya dalam mencari inspirasi dan melupakan luka.

 

Jerome Kurnia, Refal Hady, dan Jihane Almira ikut meramaikan dengan penampilan yang memukau.

Baca Juga: Review dan sinopsis Kung Fu Panda 4: Petualangan Po di arena yang sama sekali baru

Kompleksitas cinta yang rumit

"The Architecture of Love" menawarkan lebih dari sekadar kisah cinta. Film ini mengupas tentang bagaimana kehilangan dan duka dapat mengubah hidup kita, dan bagaimana cinta dapat muncul dari tempat dan waktu yang tak terduga. Setiap dialog dan adegan dirancang untuk bergema dengan pengalaman cinta sehari-hari, memungkinkan penonton untuk merasakan koneksi dan terseret dalam narasi.

Ketika Raia dan River menjelajahi sudut-sudut New York, kamera menangkap mereka dengan lembut, mengungkapkan keindahan urban yang sering terabaikan. Adegan demi adegan dirancang untuk tidak hanya mengungkap kisah cinta tetapi juga sebagai refleksi atas diri sendiri dan interaksi interpersonal.

Dari sudut pandang produksi, "The Architecture of Love" mempersembahkan estetika visual yang menggabungkan kehangatan dan keindahan arsitektur kota New York. Penggunaan musik yang emosional dan sinematografi yang menawan menambah kedalaman narasi, membawa penonton seolah-olah berjalan bersama Raia dan River, merasakan setiap suka dan duka mereka.

Ulasan film ini umumnya positif, dengan banyak kritikus mengapresiasi bagaimana film ini membawa angin segar dalam genre romantis yang sering kali dianggap klise. Meski beberapa plot twist mungkin terduga, penyajiannya yang inovatif membuat "The Architecture of Love" tetap menarik untuk ditonton.

Halaman:

Editor: Alfian Nawawi


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah