Review film 'Badarawuhi di Desa Penari': Kekuatan mistisisme di hutan Jawa

11 April 2024, 06:00 WIB
Poster film 'Badarawuhi di Desa Penari' /Instagram.com/@kknmovie

WartaBulukumba.Com - Gerakannya yang anggun dan bertubuh ular yang meliuk-liuk, memberikan ilusi tentang sifat alam yang misterius dan tak terduga. Selendangnya yang melambai bagaikan ombak menambah kedalaman pada sosoknya, menciptakan kontras antara kelembutan dan keganasan.

Di setiap gerak tarian, ia mengisahkan cerita tentang kekuatan alam, tradisi, dan takdir yang tidak bisa dielakkan.

Dalam film "Badarawuhi di Desa Penari", karakter Badarawuhi dirancang dengan lapisan yang rumit dan simbolisme yang kuat.

Ia juga representasi dari aspek dualistik alam: keindahan yang menawan dan kekuatan yang mengerikan. Selendang yang meliuk-liuk di tubuh Badarawuhi bukan sekadar aksesoris, melainkan simbol dari daya pikat dan ancaman yang berdampingan.

Baca Juga: Review dan sinopsis film 'Pemukiman Setan': Labirin horor, persahabatan dan pengkhianatan

Eksplorasi folklore Indonesia

Karakter ini menarik perhatian khususnya karena sifat ambiguitasnya – di satu sisi, ia adalah penguasa yang menguasai dan di sisi lain, ia adalah korban dari takdir yang tragis.

Berbeda dengan representasi makhluk serupa dalam folklor lainnya yang sering kali digambarkan secara satu dimensi, Badarawuhi memiliki kedalaman karakter yang unik.

Film ini berhasil memperlihatkan kekuatan dan kerapuhan Badarawuhi, sehingga ia tidak hanya dianggap sebagai makhluk supernatural, tetapi juga sebagai entitas yang memiliki emosi dan motivasi.

Baca Juga: Review film horor 'Indigo: What Do You See', Amanda Manopo menembus dunia supernatural

"Badarawuhi di Desa Penari" tidak hanya memperkenalkan karakter mitologis, tetapi juga dengan cermat memvisualisasikan unsur-unsur folklor Indonesia.

Film ini berperan penting dalam menghidupkan kembali cerita rakyat, menggambarkan mereka dengan cara yang kontemporer namun tetap menghormati esensinya.

Dari setting hutan Jawa yang kental dengan aura mistis, hingga ritual-ritual desa yang dilakukan dengan penuh kekhidmatan, film ini menggambarkan folklor dengan nuansa yang kaya dan autentik.

Baca Juga: Review film horor terbaru 2024 'Night Swim': Teror dari dalam air

Mistisisme yang kuat

Penekanan pada detail-detail kecil, seperti arsitektur rumah tradisional dan kostum yang sesuai dengan era, memperkaya pengalaman menyaksikan film.

Setiap aspek produksi, dari desain set hingga kostum, memberikan sumbangan besar dalam menciptakan suasana yang terasa nyata dan memungkinkan penonton untuk sepenuhnya terbenam dalam dunia film tersebut.

Dalam mitologi lokal, Badarawuhi adalah sosok penari bertubuh ular, yang merepresentasikan penggabungan antara keindahan dan kekuatan mistis.

Dikisahkan sebagai makhluk yang diusir dari Kerajaan Pantai Selatan, Badarawuhi menjadi simbol dari kekuatan alam yang tidak terkendali dan mistisisme yang dalam.

Keberadaan Badarawuhi sebagai penguasa hutan dan ratu penguasa lokasi keramat menunjukkan hubungan yang erat antara masyarakat dengan alam sekitar, sebuah tema yang sering kali ditemukan dalam cerita rakyat Indonesia.

Sutradara dan para pemeran

Film "Badarawuhi di Desa Penari", sebuah film yang disutradarai oleh Kimo Stamboel, maestro film horor gore Indonesia.

Menghadirkan kembali Aulia Sarah dan Diding Boneng dari film pertama, film ini diperkaya dengan kehadiran Maudy Effrosina, Claresta Taufan, dan Dinda Kanya Dewi.

Sinematografi yang apik dan gaya pengambilan gambar yang estetis menjadikan film ini tidak hanya menegangkan tetapi juga menyenangkan untuk ditonton.

Sebagai film Indonesia pertama yang menggunakan kamera digital bersertifikasi IMAX, setiap adegan dalam film ini menjadi pengalaman visual yang memanjakan mata.

Diambil latar di era 80-an, film ini berfungsi sebagai prekuel, di mana Kimo Stamboel dengan cakap menggambarkan area hutan Jawa pada masa tersebut.

Desain produksi dan kostum yang autentik dengan era 80-an, serta penampilan Jourdy Pranata dan Ardhit Erwanda yang jauh berbeda dari biasanya, menambah keaslian pengalaman tersebut.

Satu poin plus lainnya adalah adegan tari yang tertata rapi dan anggun, namun terasa mistis dan sakral, sebuah aspek yang tidak banyak dieksplorasi di film pertama, "KKN di Desa Penari".

Maudy Effrosina, memerankan tokoh utama bernama Mila, menunjukkan kemampuan akting yang impresif, mengimbangi lawan mainnya, termasuk Aulia Sarah yang kembali memerankan sosok antagonis utama, Hantu Badarawuhi. Aktingnya yang natural dan ekspresif menjadikan karakter Mila terasa hidup dan nyata.***

Editor: Alfian Nawawi

Tags

Terkini

Terpopuler