WartaBulukumba.Com - Dalam jagat musik, Coldplay tentu saja 'magma' terkhusus bagi para penggemarnya. Di sisi berbeda, isu LGBT kerap menyampir pada band asal Inggris pelantun "Fix You" ini. Lampu panggung merah dan biru menyatu, menciptakan aura magis. Chris Martin muncul, senyumnya menyala seiring melodi. Setiap notenya mengajak semua merayakan kehidupan. Di bawah langit malam, ribuan lampu ponsel menyala, menciptakan langit bintang buatan.
Bintang lainnya adalah demo penolakan. Salah satunya terjadi pada Jumat, 10 November 2023, Gerakan Nasional Anti LGBT (Geranati) menggelar aksi unjuk rasa di depan Markas Besar Kepolisian Negara Republik Indonesia, Jakarta. Aksi ini dilakukan sebagai bentuk penolakan terhadap konser Coldplay yang dijadwalkan digelar pada 15 November 2023 di Jakarta.
Diwartakan Sleman.pikiran-rakyat.com pada Jumat, ribuan massa dari berbagai elemen, termasuk Front Persaudaraan Islam (FPI), turut serta dalam unjuk rasa ini. Mereka menuntut pembatalan konser Coldplay dengan alasan bahwa acara tersebut dianggap sebagai kampanye untuk mendukung LGBT. Aksi massa tersebut kemudian bergerak dari Mabes Polri ke kawasan Patung Kuda Arjuna Gambir, Jakarta Pusat.
Baca Juga: Lirik Lagu 'My Universe' BTS feat Coldplay dan terjemahannya
Buya Hamka, korlap aksi, menjelaskan bahwa ini merupakan aksi pertama, dan mereka berencana untuk melanjutkannya jika tuntutan mereka tidak direspons. Surat telah dikirimkan kepada Menteri Koordinator Politik, Hukum, dan Keamanan, Mahfud MD, namun jawaban yang diterima tidak sesuai harapan mereka.
Alasan di balik penolakan terhadap konser Coldplay didasarkan pada dugaan bahwa band tersebut mendukung kampanye LGBT dan menjadi propagandis internasional untuk mempromosikan LGBT. Beberapa peserta aksi menyatakan bahwa mereka tidak ingin Indonesia mengikuti jejak negara tetangga, Malaysia. Mereka menekankan bahwa larangan terhadap LGBT tidak hanya berasal dari agama Islam, tetapi juga seluruh agama di Indonesia
Coldpla dijadwalkan tampil di hadapan sekitar 60 hingga 70 ribu penonton, menjadi pusat kontroversi ini. Dalam konteks ini, pertanyaan etika mengenai batasan kampanye LGBT dan kebebasan berekspresi dalam seni dan musik muncul. Sementara Geranati menegaskan posisi mereka, kelompok lain mungkin memiliki pandangan berbeda tentang batasan seni dan kebebasan berpendapat di Indonesia.
Baca Juga: Kolaborasi BTS dengan Coldplay, ada vokal Jungkook dalam penggalan lagu 'My Universe'
Setlist Coldplay di Jakarta
Coldplay, band asal Inggris yang untuk pertama kalinya akan memukau penggemar Indonesia, telah merilis rundown konser dan setlist lengkap untuk memastikan malam yang tak terlupakan bagi para penonton.
Mengutip Mandalika.pikiran-rakyat.com, berikut adalah rincian rundown konser Coldplay pada 15 November 2023:
- 13.00 WIB: Open gate
- 16.30 WIB: Ultimate Experience (pemegang tiket diharapkan datang 1 jam sebelum konser jadwal)
- 17.00 WIB: Pintu dibuka untuk pemegang tiket “Ultimate Experience” dan “My Universe”
- 17.30 WIB: Pintu dibuka untuk semua pemegang tiket
- 20.00 WIB: Penampilan Rahmania Astrini
- 21.00 WIB: Penampilan Coldplay
Baca Juga: Desainer perusahaan mainan di Denmark luncurkan kreasi ini untuk mendukung LGBT
Malam yang penuh emosi ini akan dipenuhi dengan hits ikonik dari Coldplay. Berdasarkan prakiraan setlist, penggemar dapat menantikan 28 lagu yang mencakup perjalanan panjang band ini dalam musik. Beberapa lagu yang diharapkan tampil di antaranya adalah "Viva La Vida," "Fix You," "Yellow," "Paradise," "A Sky Full of Stars," dan "Magic."
Prakiraan setlist konser Coldplay di Jakarta 15 November 2023:
- Viva La Vida
- Higher Power
- Let Somebody Go
- In My Place
- Politik
- Paradise
- The Scientist
- Hymn for the Weekend
- Adventure of a Lifetime
- Charlie Brown
- Don't Panic
- Yellow
- Midnight
- Human Heart
- My Universe feat BTS
- Humankind
- Spark
- Infinity Sign
- Something Just Like This
- A Sky Full of Stars
- Biutyfull
- Fix You
- People of the Pride
- Magic
- Everglow
Synaesthesia
Ada versi lain yang menyebutkan bahwa ternyata Chris Martin mengidap Synaesthesia, bukan pendukung LGBT.
Mengutip Pikiran-rakyat.com pada Jumat, Synaesthesia bukanlah penyakit, tetapi kondisi neurologis yang menghasilkan pengalaman sensorik yang tidak biasa. Dalam synaesthesia, stimulasi pada satu indra menghasilkan respons atau pengalaman pada indra lainnya. Dalam kata lain, seseorang dengan synaesthesia dapat mengalami penggabungan atau percampuran indra yang tidak biasa.
Contohnya, seseorang dengan synaesthesia mungkin melihat angka atau huruf dengan warna tertentu. Ini berarti ketika mereka melihat angka 3, mereka mungkin melihatnya sebagai warna hijau, sedangkan angka 5 mungkin mereka lihat sebagai warna merah. Ada juga bentuk synaesthesia lainnya, seperti melihat rasa, mendengar bentuk, atau merasakan aroma saat melihat sesuatu.
Synaesthesia bukanlah gangguan atau penyakit yang memerlukan pengobatan. Secara umum, orang-orang dengan synaesthesia hidup dengan pengalaman ini sepanjang hidup mereka dan mereka menganggapnya sebagai bagian yang unik dari cara mereka berinteraksi dengan dunia. Bagi beberapa orang, synaesthesia bahkan bisa menjadi sumber inspirasi dalam seni, musik, atau penulisan.
Dalam wawancara dengan NME, Chris Martin menyatakan bahwa dia mengidap Synaesthesia, dan kondisi ini sering hadir secara tiba-tiba di benaknya. Namun, dia menganggap kondisi ini sebagai sesuatu yang wajar bagi seorang penyanyi.
"Menurut saya ini bukan hal yang aneh bagi penulis lagu," kata Chris martin.
Coldplay dan LGBT
Situs SDLGBTN melaporkan pandangan berbeda. Mereka menyatakan bahwa Coldplay dianggap sebagai band yang mendukung kebanggaan gay.
Situs SDLGBTN dengan tegas menyatakan, "Ya, Coldplay mendukung kebanggaan gay," dan mengklaim bahwa band ini tidak hanya memberikan dukungan simbolis tetapi juga menjadi donatur aktif untuk gerakan LGBT dari hasil pendapatan konser mereka.
Dikutip dari situs tersebut, Coldplay disebut sebagai pendukung persamaan hak, tanpa memandang orientasi seksual, dan telah mendonasikan sebagian besar pendapatan konser mereka untuk organisasi yang berjuang melawan diskriminasi terhadap kaum LGBT.
Meski para personel Coldplay belum memberikan tanggapan resmi terkait klaim tersebut, sejumlah bukti menunjukkan bahwa sikap positif terhadap gerakan LGBT telah tercermin dalam tindakan mereka. Salah satunya adalah saat Chris Martin dan kawan-kawan mengibarkan bendera pelangi di salah satu konser mereka, simbol universal dukungan terhadap komunitas LGBT.
Chris Martin, dalam pernyataannya sebelumnya, telah mengekspresikan penghargaannya terhadap kaum LGBT sebagai bagian dari hak asasi manusia. Baginya, hak kesetaraan dan kebebasan mencintai diri sendiri adalah hak yang seharusnya diberikan kepada semua individu, tanpa memandang orientasi seksual.***