Jejak manis petani gula aren dan Dana Mitra Tani Bulukumba: Menyalakan tungku kesadaran ekologis dan koperasi

- 31 Januari 2024, 17:06 WIB
Ketua Dana Mitra Tani Bulukumba, Sri Puswandi bersama para petani gula aren di DAS Balangtieng - Jejak manis petani gula aren dan Dana Mitra Tani Bulukumba: Tungku kesadaran ekologis dan pentingnya koperasi
Ketua Dana Mitra Tani Bulukumba, Sri Puswandi bersama para petani gula aren di DAS Balangtieng - Jejak manis petani gula aren dan Dana Mitra Tani Bulukumba: Tungku kesadaran ekologis dan pentingnya koperasi /WartaBulukumba.Com

WartaBulukumba.Com - Seperti manis gula aren, begitu pula manisnya kehidupan di sini,  salah satu lekukan lembut damai di Kabupaten Bulukumba, Sulawesi Selatan yang membentang di sepanjang DAS Balangtieng. 

Setiap hari, sebelum matahari mengintip dari balik bukit, petani gula aren telah berjalan menyusuri jalanan setapak menuju kebun mereka. Langkah kaki berirama dengan desir dedaunan, membawa cerita tentang hubungan tak terpisahkan dengan alam. 

Di bawah naungan pohon aren yang rindang, mereka memulai hari dengan memeriksa setiap pohon. Mata mereka tajam mengamati, mencari tanda-tanda siap panen. Tangan-tangan mereka, penuh kelembutan dan keakraban, menyentuh kulit pohon, seolah-olah berkomunikasi dengan alam.

Baca Juga: Petani 12 desa di Bulukumba bersama Dana Mitra Tani dan UNDP mendukung pemulihan ekosistem DAS Balangtieng

Pohon-pohon aren berdiri megah. Di sana, daun-daun berbisik cerita tentang embun pagi dan matahari senja, melukis pemandangan yang bisa menenangkan jiwa sesiapa pun.

Petani gula aren dengan sabar dan lembut, menapaki tanah yang subur, merawat pohon-pohon aren yang menjadi saksi bisu kehidupan mereka. Tangan-tangan kasar mereka bergerak lincah di antara daun dan dahan, namun dengan penuh kelembutan.

Menuju pembentukan Koperasi Petani Gula Aren

Dana Mitra Tani (DMT) dalam sepekan ini menggelar diskusi kelompok-kelompok petani gula aren untuk persiapan pembentukan koperasi petani gula aren DAS Balangtieng.

Baca Juga: Cafe Sawah di wilayah pegunungan Bulukumba: Nongkrong menyesap keindahan alam dan persawahan

Kegiatan ini merupakan bagian dari Program Pengembangan dan Pendampingan Komunitas Penghasil Gula Merah yang ramah lingkungan melalui Badan Usaha Koperasi untuk mendukung pemulihan dan perlindungan ekosistem DAS Balangtieng.

Program ini didukung oleh GEF-SGP Indonesia,Yayasan Bina Usaha Lingkungan, Balang Institute, dan UNDP.

Ketua Dana Mitra Tani, Sri Puswandi dengan mata berbinar menjelaskan bahwa mereka berkumpul bukan hanya untuk bicara tentang gula aren, tapi juga tentang kehidupan.

"Dapur tungku kita, yang jauh dari sampah plastik, adalah simbol kesederhanaan dan kepedulian kita terhadap alam," ungkap Sri Puswandi kepada WartaBulukumba.Com pada Rabu, 31 Januari 2024.

Baca Juga: Jelajah kuliner Bulukumba: Menyantap kelezatan bakso konro di Warung Langen Sari Balangpesoang

Lebih dari urusan ekonomi

Pembentukan koperasi ini bukan sekadar urusan ekonomi, melainkan perwujudan dari sebuah mimpi bersama. Mimpi di mana kesejahteraan petani berjalan seiring dengan kelestarian alam.

Dari diskusi ini, sebuah benih telah tertanam. Benih harapan untuk masa depan yang lebih manis, layaknya gula aren yang mereka produksi. Karena di setiap tetes manisnya, terkandung cerita perjuangan, asa, dan cinta terhadap alam.

"Selain diskusi bersama keluarga petani penghasil gula aren,kita juga mengunjungi dapur tungku untuk memastikan lokasi dapur tungku sesuai standar yang telah kita susun bersama pada saat pelatihan pendidikan, seperti lokasi dapur tungku harus bersih dari sampah plastik, alat-alat yang digunakan terjaga dan bersih, bahan-bahan yang digunakan dalam produksi produk gula aren secara alami, dan lain-lain," tutur Sri Puswandi.

Sri Puswandi berharap, melalui program ini, hasil usaha ekonomi petani gula aren meningkat, dan para petani dan keluarga petani secara kolektif melakukan pelestarian lingkungan di DAS Balangtieng.

Pelestarian lingkungan di DAS Balangtieng

Di sudut kebun, sebuah tungku tersembunyi, berdiri sebagai monumen kesederhanaan. Dapur mereka, bebas dari gangguan sampah plastik, adalah lukisan kehidupan yang bersih dan asli. Nyala api tungku bagaikan tarian kehidupan, menghangatkan hati dan mengubah sari alam menjadi emas cair.

Alam hijau di sekitar mereka, bukan sekadar latar, melainkan sahabat yang mengerti. Pohon aren, bukan hanya sumber penghidupan, melainkan juga teman yang selalu memberi tanpa mengharap kembali. Alam ini, dengan daun-daun yang berdesir dan udara yang sejuk, memberikan kedamaian yang tak tergantikan.

Dana Mitra Tani, memberikan dukungan agar harmoni antara manusia dan alam tetap terjaga. Mereka, bukan sekadar lembaga, melainkan sahabat yang berjalan bersama petani dalam setiap langkah.

Interaksi petani dengan alam di sekitar mereka adalah perpaduan sempurna antara penghormatan dan ketergantungan. Mereka berbicara dengan pohon aren, berterima kasih atas pemberiannya. Mereka juga mendengarkan, secara harfiah dan metaforis, suara alam - desir angin, kicauan burung, dan bisikan daun.

Petani gula aren juga hidup berdampingan dengan hewan dan tumbuhan lain. Mereka mengenal suara dan jejak binatang di kebun, memahami peran setiap makhluk dalam ekosistem. Tidak jarang mereka berbagi ruang dengan burung dan serangga, menyaksikan kehidupan alam yang berlangsung di sekitar mereka.

Dalam setiap aspek kehidupan mereka, petani gula aren menunjukkan bagaimana manusia bisa hidup berdampingan dengan alam. Mereka bukan hanya mengambil, tetapi juga memberi - menjaga keseimbangan, menjaga keharmonisan, menjaga kehidupan.***

Editor: Alfian Nawawi


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah