Aktivis 98 Bang Philip berdayakan petani Bulukumba melalui perusahaan porang

27 Juni 2023, 12:09 WIB
Bang Philip /WartaBulukumba.com

WartaBulukumba - Kabupaten Bulukumba di berbagai sudut terutama pelosok-pelosoknya sudah lama direngkuh tanaman porang. Daunnya hijau pucat dan putih yang belang-belang, menambah pesona alaminya. Ujung batangnya memecah menjadi tiga bagian batang sekunder, menciptakan harmoni dalam bentuknya.

Di Kabupaten Bulukumba, Sulsel, salah seorang yang terjun ke usaha porang adalah Andi Mustawari Philip atau yang lebih akrab disapa Bang Philip.

Dalam sebuah bincang-bincang di Makassar, di tengah hiruk-pikuk kota, politisi asal Bulukumba yang juga pengusaha ini duduk dengan tenang, dengan ciri khas mengenakan kopiah hitam seperti biasa, dan dengan rambut panjang sebahu yang teratur.

Baca Juga: Jelang Idul Adha ada Gerakan Pangan Murah di Bulukumba selama dua hari

Bang Philip didampingi oleh Gusti Amal, Direktur Utama PT GAAC, serta Syamsir Anchi, Direktur Eksekutif LSM Pusat Informasi Lingkungan Hidup Indonesia (PILHI), dan jurnalis senior yang akrab disapa Kak Una.

Mantan aktivis 98 yang menemukan panggilannya dalam mengelola perusahaan porang ini menuturkan ihwal dirinya terjun ikut memberdayakan petani Bulukumba.

"Saya terjun ke bidang usaha porang selama pandemi. Saya ingin menciptakan sesuatu yang tidak hanya menguntungkan diri sendiri dan keluarga saya, tetapi juga membantu orang lain di sekitar saya, terutama petani porang dan tenaga kerja lokal di Sulawesi Selatan," kata Bang Philip sambil tersenyum.

Baca Juga: 20 ide usaha kreatif berbasis teknologi dan digital di Sulsel: Bulukumba, Sinjai hingga Toraja

Bang Philip memaparkan bagaimana usahanya berkembang pesat sejak ia meninggalkan jabatannya sebagai anggota DPRD Bulukumba.

Ia dengan penuh semangat menjelaskan bahwa perusahaan porang yang ia kelola saat ini telah mencapai kesuksesan, bahkan mampu mengekspor produknya ke Tiongkok.

Menurut Bang Philip, potensi tanaman porang di Sulawesi Selatan sangat besar. Tanahnya yang subur dan cocok untuk pertumbuhan porang membuatnya menjadi tempat yang ideal untuk mengembangkan usaha ini.

Namun, ia menyadari bahwa tanaman yang populer ini sulit dipasarkan jika tidak ada tempat yang memadai untuk menampung hasil panen petani porang.

Baca Juga: 20 ide usaha kreatif yang bisa menghasilkan cuan di Sulawesi Selatan: Jeneponto, Bulukumba hingga Palopo

"Inilah mengapa saya mendapatkan ide untuk membangun pabrik porang. Selain sebagai tempat penampungan hasil panen para petani, pabrik ini juga memberikan lapangan kerja bagi masyarakat sekitar," jelas Bang Philip dengan antusias.

Sejak didirikan, pabrik tersebut telah berhasil menyerap sekitar 40 karyawan dari sekitar area persawahan.

"Alhamdulillah, sekarang kami sudah dapat mengekspor langsung ke Tiongkok," ungkap Bang Philip.

Sebelumnya, usaha itu hanya mampu memasarkan hasil porang ke Surabaya, namun keuntungan yang mereka dapatkan tidak sebanding dengan biaya transportasi yang harus dikeluarkan.

Baca Juga: 20 ide konten kreatif untuk kreator digital di Sulawesi Selatan: Takalar, Bulukumba hingga Luwu

"Saya belajar dan menemukan cara untuk mendukung pemasaran langsung ke Tiongkok sehingga dapat mengurangi biaya operasional dari Bulukumba ke Surabaya," tambahnya.

Bang Philip mengakui bahwa kesuksesannya tidak diraih dengan mudah. Proses mulai dari modal awal, pendirian pabrik, hingga pengurusan dokumen perusahaan tidaklah mudah. Namun, ia telah melewatinya dengan ikhlas sesuai dengan prosedur dan aturan yang berlaku.

"Saat ini, saya siap membantu petani porang di Sulawesi Selatan dengan menampung hasil panen mereka di pabrik ini. Saya juga siap untuk berbagi pengetahuan kepada warga yang ingin menanam tanaman porang," kata Bang Philip dengan tulus.

Baca Juga: 17 ide bisnis kreatif di Kabupaten Bulukumba yang bisa menghasilkan cuan

Petani Memanfaatkan Limbah Organik Sebagai Pupuk Cair

Menanggapi pertanyaan mengenai wawancara di Polda Sulsel, Bang Philip menjelaskan bahwa pabrik porangnya tidak ada masalah.

Gusti Amal menjelaskan bahwa semua dokumen lengkap, dan tidak ada limbah bahan kimia. Bahkan, petani sawah di sekitarnya merasa senang karena limbah organik dari pabrik tersebut dapat digunakan sebagai pupuk cair yang membuat tanaman padi tumbuh subur.

"Para petani bersyukur karena mereka tidak perlu lagi membeli pupuk kimia seperti urea," ungkap Gusti Amal.

Bang Philip mengungkapkan bahwa di balik kesuksesan yang dicapai, tidak dapat dihindari akan selalu ada suara-suara negatif yang mencoba datang sebagai penghancur.

Baca Juga: 10 ide bisnis kreatif terkait kopi namun bukan mengelola kedai kopi! Belum ada di Sulsel termasuk Bulukumba

Namun, sebagai seorang nasionalis tulen, politisi, dan aktivis, Bang Philip menjawab semua itu dengan tindakan yang tulus, tanpa membenci siapapun, termasuk pesaing bisnisnya yang kebanyakan dikelola oleh keturunan Tionghoa.

Meskipun sibuk dengan kegiatan di pabrik porangnya, Bang Philip mengaku tetap memantau perkembangan politik dan tetap menjadi seorang politisi ulung yang tidak terlibat dalam praktik politik uang.

Hal ini karena ia meyakini bahwa politik uang merusak proses demokrasi, dan itu adalah salah satu tujuan perjuangannya saat ia masih menjadi seorang mahasiswa yang melawan ketidakadilan.***

Editor: Alfian Nawawi

Tags

Terkini

Terpopuler