Baca Juga: Mengulik strategi Radio SPL FM Bulukumba dalam mempertahankan eksistensi di era digital
"Sampai kapan pun radio tetap akan diperlukan. Hanya dimensinya saja yang berubah karena teknologi dan ilmu komunikasi yang berkembang. Tapi radio akan selalu abadi, Radio Nggak Ada Matinya," tuturnya.
Saiful Alief Subarkah mengatakan ada sedikit perbedaan dengan konsep siaran pertama kali dirinya menjadi seorang announcer dengan siaran saat ini. Kalau dulu, teringat, suara sang penyiar lebih ditunggu ketimbang lagu yang diputarnya saat jeda siaran.
"Dunia radio seperti dunia maya, orang mungkin tidak tahu wajah sang penyiar, tapi mereka dicari oleh pendengar," ungkapnya.
Namun mengikuti perkembangan zaman saat ini, beberapa stasiun radio yang mengudara lewat internet penampilan sang penyiar menjadi nilai tambah dari radio tersebut. Tak jarang gaya penyiar tersebut menjadi pemikat lain si pendengar.
Tetapi dari penilaiannya tetap saja radio itu merupakan dunia seni yang membutuhkan kreatif dari para pengelolanya. Karena itu dia tetap yakin meski perkembangan media mainstream semakin berkembang namun radio tetap memiliki hati di setiap pendengar setianya.
"Radio pada dasarnya sebuah industri kreatif yang harus dikelola secara baik dan bagaimana bertransformasi sesuai perkembangan zaman. Tak sedikit radio yang dulunya berjaya kemudian terlindas zaman karena pengelolanya kurang kreatif,’ urainya.
Baca Juga: Radio SPL FM Bulukumba sabet penghargaan KPID Award 2022 Sulawesi Selatan
Di Hari Penyiaran Nasional ke 90 ini yang jatuh pada 1 April 2023, menurutnya, Hari Penyiaran Nasional wajib dimaknai dengan semangat positif untuk tatanan yang baik dalam kehidupan berbangsa dan bernegara melalui dunia penyiaran.