Mulai dari asal usul atau legendanya, proses penciptaan perahu Pinisi, tradisi dan budayanya, sampai kepada kepunahan perahu Pinisi yang diakibatkan oleh motorisasi yang digunakan dalam perahu.
“Saya pernah menyarankan kepada Pemda Bulukumba untuk menganggarkan pembuatan perahu Pinisi dalam bentuk aslinya, sehingga dapat menjadi aset budaya yang sangat berharga” ungkap Arif Saenong.
Dalam sebuah wawancara, Muhammad Arief Saenong mengatakan, perahu pinisi klasik generasi terakhir yang dibangun di Tanah Beru, dibuat pada 1974 milik H. Abdul Wahab, seorang pengusaha perahu dari Bira.
Ada dua buah pinisi yang dibangun pada waktu itu masing-masing berkapasitas 200 GT. Sedangkan pinisi (asli) generasi terakhir yang dibangun di Ara dibuat pada 1974 milik H. Emba. Pinisi yang berkapasitas 200 GT itu diluncurkan pada Juni 1974.***