Innalillah, penulis dan budayawan Bulukumba Muhammad Arief Saenong tutup usia

- 4 November 2022, 21:31 WIB
Muhammad Arief Saenong, budayawan dan penulis Bulukumba meninggal dunia pada Jumat, 4 November 2022.
Muhammad Arief Saenong, budayawan dan penulis Bulukumba meninggal dunia pada Jumat, 4 November 2022. /Omma Hakim

Setelah menyelesaikan PGSLP di Makassar, ia mengajar di SPG Negeri Bulukumba (1970) dan juga mengajar pada beberapa SLTA Negeri maupun Swasta di Bulukumba (1980-1997). Sejak Agustus 1991 menjadi Penilik Kebudayaan sampai pensiun pada 1 Nopember 2001.

Pada 1992 pemerhati budaya khususnya pinisi ini mendapat kepercayaan menjadi narasumber dan memandu pembuatan film dokumenter “Adat Pembuatan Pinisi” oleh Pustekkom Depdikbud.

Pada 2001, bukunya yang berjudul “Pinisi Perahu Khas Sulawesi Selatan” diterbitkan oleh Proyek Pembinaan Sejarah Purbakala dan Permuseuman Sulawesi Selatan.

Pada November 2007, memenangkan sayembara penulisan naskah buku nonfiksi yang diselenggarakan oleh Pusat Perbukuan Depdiknas dengan judul “Pinisi Perahu Tradisional Bugis Makassar”.

Sebulan kemudian, Desember 2007 ia diganjar penghargaan “Celebes Award” dari Gubernur Sulawesi Selatan di Bidang Kebudayaan. Tahun 2010 ia menulis buku Komunitas Ammatowa dan Pasang Ri Kajang.

Buku karyanya pada tahun 2013, “Pinisi: Paduan Teknologi dan Budaya” merangkum simpulan awal beberapa pakar bahwa buku tersebut merupakan referensi terlengkap tentang Pinisi.

Meskipun pendapat dari beberapa ahli mengungkapkan bahwa buku tersebut masih jauh untuk disebut sebagai referensi ideal tentang Pinisi, namun buku itu telah berhasil merefresh wawasan kita terutama kaitannya dengan mitos pembagian pengetahuan teknik pembuatan perahu. Buku itu juga mencerminkan asal penulisnya, Ara yang merupakan asal pembuat perahu.

Dalam mitos dikemukakan, bahwa ada tiga kampung yang masing-masing memiliki keterampilan: orang Ara lihai membuat bagian dasar perahu, orang Lemo-lemo trampil menghaluskan, dan orang Bira melayarkannya.

“Buku itu saya tulis sebagai bentuk kecintaan saya terhadap perahu pinisi. Pinisi sekarang sudah punah, yang ada sekarang ini disebut perahu layar motor. Begitu cintanya saya kepada pinisi, saya pernah meninggalkan profesi guru agar bisa menjadi tukang perahu,” ungkap Muhammad Arief Saenong dalam salah satu wawancara

Budayawan Bulukumba yang pernah menulis makalah dengan judul “Pinisi Riwayatmu Dulu, Terabaikan Sekarang” ini  dalam berbagai kesempatan yang dimilikinya tetap berupaya untuk banyak menjelaskan kepada kita seputar sejarah pinisi sebagai salah satu warisan budaya Bulukumba.

Halaman:

Editor: Alfian Nawawi


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah