Ayah Bupati Bulukumba meninggal dunia, ribuan pelayat hadiri pemakaman Petta Mamma

30 Juni 2024, 16:20 WIB
Ayah Bupati Bulukumba meninggal dunia, ratusan pelayat hadiri pemakaman Petta Mamma /Ridho

WartaBulukumba.Com - Ahad pagi yang hening dengan awan duka berarak di langit, 30 Juni 2024, waktu di Bulukumba seakan berhenti. Di kediamannya di Jalan Pendidikan, Kelurahan Tanete, Kecamatan Bulukumpa, seutas kehidupan yang penuh makna dan perjuangan telah sampai pada akhirnya.

Ayah Bupati Bulukumba, Andi Muhammad Ali Yusuf, sosok yang akrab disapa Petta Mamma, menghembuskan napas terakhir pada pukul 06.20 Wita.

Duka mendalam menyelimuti keluarga, terutama bagi sang putra, Bupati Andi Muchtar Ali Yusuf. Ratusan kerabat dan masyarakat Bulukumba turut merasakan kehilangan yang mendalam.

Ucapan belasungkawa dan doa mengalir deras, membanjiri media sosial dan grup-grup WhatsApp, menggema di seluruh penjuru Bulukumba.

Baca Juga: SalassaExpo 2024 di Bulukumba: Merayakan keberlanjutan dan inovasi desa

Andi Muhammad Ali Yusuf, yang wafat di usia 90 tahun, meninggalkan seorang istri, Hj. Andi Dalimah Krg Makkarodda, serta 10 anak, meski salah satunya telah lebih dulu berpulang.

Dari pernikahan yang penuh berkah ini, lahir pula 33 cucu dan 3 cicit yang kini merasakan kehilangan seorang kakek yang bijaksana.

Kepergian Petta Mamma bukan tanpa peringatan. Beberapa hari sebelumnya, kondisi kesehatannya memburuk.

Baca Juga: SalassaExpo 2024 di Desa Salassae Bulukumba: Semarak pameran dan hiburan dengan semangat keberlanjutan

Sosok Pekerja Keras dan Penyabar

Beliau sempat dirawat di ICU RSUD H. Andi Sulthan Daeng Radja sebelum akhirnya memutuskan untuk kembali ke rumah, dikelilingi oleh keluarga dan kerabat dekat.

Ratusan orang dari berbagai kalangan sejak pagi sudah berdatangan untuk melayat, memberikan penghormatan terakhir kepada sosok yang begitu mereka hormati.

Bupati Andi Muchtar Ali Yusuf mengenang ayahandanya sebagai figur yang penyabar, pekerja keras, dan penuh cinta kasih.

Semasa hidupnya, Petta Mamma adalah seorang pedagang dan petani kebun yang gigih, memastikan keluarganya tidak kekurangan. Dalam setiap helaan nafasnya, terkandung perjuangan dan pengorbanan yang tak terhitung jumlahnya.

Pada tahun-tahun terakhirnya, Petta Mamma mengalami serangkaian masalah kesehatan. Beberapa tahun lalu, beliau sempat terserang stroke. Namun, semangat hidupnya yang tinggi membuatnya mampu pulih dan kembali beraktivitas, meskipun akhirnya penyakit kembali menggerogoti tubuh rentanya.

Kepergian Petta Mamma adalah akhir dari sebuah perjalanan hidup yang penuh warna dan makna. Dari seorang pedagang dan petani kebun yang sederhana, beliau mampu membangun sebuah keluarga yang kuat dan harmonis, serta meninggalkan jejak yang tak terlupakan dalam komunitasnya.

Saat sinar matahari mulai meredup di langit Bulukumba, keluarga dan kerabat Petta Mamma memandang ke arah pusara dengan hati yang berat namun penuh rasa syukur. Mereka menyadari bahwa sosok yang mereka cintai kini telah beristirahat dalam damai, meninggalkan mereka dengan kenangan indah dan pelajaran hidup yang tak ternilai.

Dengan iringan doa dan tangis haru, Petta Mamma diberangkatkan ke tempat peristirahatan terakhirnya. Di sanalah, di bawah rindangnya pohon-pohon di pekuburan keluarga, beliau bersemayam, meninggalkan dunia yang fana namun tetap hidup dalam hati dan kenangan setiap orang yang mencintainya.***

Editor: Sri Ulfanita

Tags

Terkini

Terpopuler