WartaBulukumba - Letupan-letupan realitas sosial hingga nafas islami sangat terasa dalam atmosfer puisi-puisi karya Taufik Ismail.
Taufik Ismail dikategorikan sebagai penyair Angkatan '66 oleh HB Jassin.
Taufik Ismail menulis buku kumpulan puisi, seperti Malu (Aku) Jadi Orang Indonesia, Tirani dan Benteng, Tirani, Benteng, Buku Tamu Musim Perjuangan, Sajak Ladang Jagung, Kenalkan, Saya Hewan, Puisi-puisi Langit, Prahara Budaya:Kilas Balik Ofensif Lekra/PKI dkk, Ketika Kata Ketika Warna, Seulawah-Antologi Sastra Aceh, dan lain-lain.
Baca Juga: Inilah tradisi unik masyarakat Bulukumba dalam bulan Ramadhan yang telah lama hilang
Banyak puisinya dinyanyikan grup musik Bimbo, dua lagu yang paling terkenal adalah Sajadah Panjang dan Rasul Menyuruh Kita. Sebaliknya ia menulis lirik buat mereka dalam kerja sama. Iapun menulis lirik buat Chrisye, Yan Antono (dinyanyikan Ahmad Albar) dan Ucok Harahap. Menurutnya kerja sama semacam ini penting agar jangkauan publik puisi lebih luas.
Bosan dengan kecenderungan puisi Indonesia yang terlalu serius, di awal 1970-an menggarap humor dalam puisinya. Sentuhan humor terasa terutama dalam puisi berkabar atau narasinya.
Antologi puisinya berjudul Rendez-Vous diterbitkan di Rusia dalam terjemahan Victor Pogadaev dan dengan ilustrasi oleh Aris Aziz dari Malaysia.
Baca Juga: Malam lailatul qadar, kenali tanda-tanda turunnya
Penyair dan kritikus sastra Indonesia Saut Situmorang pernah memberitakan dalam media sastra Boemipoetra, bahwa Taufiq melakukan aksi plagiarisme atas karya penyair Amerika bernama Douglas Malloch (1877 – 1938) berjudul Be the Best of Whatever You Are.