Puisi islami lima sastrawan besar Indonesia, 'Dalam Do'aku' hingga 'Tuhan, Kita Begitu Dekat'

18 April 2022, 03:00 WIB
Chairil Anwar - Puisi islami lima sastrawan besar Indonesia, 'Dalam Do'aku' hingga 'Tuhan, Kita Begitu Dekat' /Tangkapan layar Instagram/ @chairilisme/

WartaBulukumba - Hamparan sastra Indonesia adalah juga genangan bagi nafas dan tumbuhnya sastra islami, termasuk puisi.

Di sana terjadi peristiwa transendental antara penyair dengan Sang Khalik. Peristiwa yang lantas tergores dalam bentuk puisi.

Sebagian di antara karya yang lahir sebagai puisi disebut oleh orang-orang sebagai karya sastra religi atau puisi religi. Sebagian lainnya menahbiskan dengan frasa berbeda, yakni puisi islami.

Baca Juga: Lima puisi Cak Nun, 'Jawaban Kepada Negeri' hingga 'Hati Telanjang Kepada Tuhan'

Sejumlah sastrawan Indonesia, di antaranya Sapardi Djoko Damono, Chairil Anwar, Taufik Ismail, Emha Ainun Nadjib hingga Abdul Hadi WM banyak menelurkan puisi-puisi yang bermain di nafas islami.

Berikut puisi-puisi mereka, puisi islami lima sastrawan besar Indonesia, 'Dalam Do'aku' hingga 'Tuhan, Kita Begitu Dekat'.

Dalam Do'aku

karya Sapardi Djoko Damono

Dalam doaku subuh ini Kau menjelma langit yang semalaman tak
memejamkan mata, yang meluas bening siap menerima
cahaya pertama, yang melengkung hening karena akan
menerima suara-suara

Baca Juga: Sejarah Hari Musik Nasional 2022, ditetapkan di masa pemerintahan Presiden SBY yang hobi musik

Ketika matahari mengambang tenang diatas kepala, dalam doaku
Kau menjelma pucuk-pucuk cemara yang hijau senantiasa,
yang tak henti-hentinya mengajukan pertanyaan muskil
kepada angin yang mendesau entah dari mana

Dalam doaku sore ini kau menjelma seekor burung gereja
yang mengibas-ibaskan bulunya dalam gerimis, yang hinggap di ranting
dan menggugurkan bulu-bulu bunga jambu, yang tiba-tiba gelisah
dan terbang lalu hinggap di dahan mangga itu

Magrib ini dalam doaku Kau menjelma angin yang turun
sangat perlahan dari nun disana, bersijingkat dijalan
dan menyentuh-nyentuhkan pipi dan bibirnya di rambut,
dahi, dan bulu-bulu mataku

Dalam doa malamku Kau menjelma denyut jantungku.
yang dengan sabar bersitahan tyerhadap rasa sakit yang entah batasnya,
yang setia mengusut rahasia demi rahasia,
yang tak putus-putusnya bernyanyi bagi kehidupanku
Aku mencintaimu,
itu sebabnya aku tak pernah selesai
mendoakan keselamatanmu

Baca Juga: Judul lagu ini bukan 'Buruh Tani' yang sering membahana dalam aksi demo, ini dia penciptanya

Doa

Karya Chairil Anwar

Kepada pemeluk teguh  

Tuhanku
Dalam termenung
Aku masih menyebut nama-Mu

Biar susah sungguh
Mengingat Kau penuh seluruh

Caya-Mu panas suci
Tinggal kerlip lilin di kelam sunyi 

Tuhanku

Aku hilang bentuk
Remuk

Tuhanku

Aku mengembara di negeri asing 

Tuhanku
Di Pintu-Mu aku mengetuk
Aku tidak bisa berpaling

Baca Juga: Puisi terakhir WS Rendra sesaat sebelum meninggal dunia

Sajadah Panjang

Karya Taufik Ismail 

Ada sajadah panjang terbentang
Dari kaki buaian
Sampai ke tepi kuburan hamba
Kuburan hamba bila mati

Ada sajadah panjang terbentang
Hamba tunduk dan sujud
Di atas sajadah yang panjang ini

Diselingi sekedar interupsi
Mencari rezeki, mencari ilmu
Mengukur jalanan seharian
Begitu terdengar suara azan
Kembali tersungkur hamba

Ada sajadah panjang terbentang
Hamba tunduk dan rukuk
Hamba sujud dan tak lepas kening hamba
Mengingat Dikau
Sepenuhnya.

Baca Juga: Puisi Taufik Ismail 'Rasulullah Menyuruh Kita'

Ketika Engkau Bersembahyang

Karya Emha Ainun Najib

Ketika engkau bersembahyang
Oleh takbirmu pintu langit terkuakkan
Partikel udara dan ruang hampa bergetar
Bersama-sama mengucapkan allahu akbar

Bacaan Al-Fatihah dan surah
Membuat kegelapan terbuka matanya
Setiap doa dan pernyataan pasrah
Membentangkan jembatan cahaya
Tegak tubuh alifmu mengakar ke pusat bumi

Ruku’ lam badanmu memandangi asal-usul diri
Kemudian mim sujudmu menangis
Di dalam cinta Allah hati gerimis

Sujud adalah satu-satunya hakekat hidup
Karena perjalanan hanya untuk tua dan redup
Ilmu dan peradaban takkan sampai
Kepada asal mula setiap jiwa kembali

Maka sembahyang adalah kehidupan ini sendiri
Pergi sejauh-jauhnya agar sampai kembali
Badan di peras jiwa dipompa tak terkira-kira
Kalau diri pecah terbelah, sujud mengutuhkannya

Sembahyang di atas sajadah cahaya
Melangkah perlahan-lahan ke rumah rahasia
Rumah yang tak ada ruang tak ada waktunya
Yang tak bisa dikisahkan kepada siapapun

Oleh-olehmu dari sembahyang adalah sinar wajah
Pancaran yang tak terumuskan oleh ilmu fisika
Hatimu sabar mulia, kaki seteguh batu karang
Dadamu mencakrawala, seluas ‘arasy sembilan puluh sembilan.

Tuhan, Kita Begitu Dekat

Karya Abdul Hadi WM

Tuhan
Kita begitu dekat
Sebagai api dengan panas
Aku panas dalam apimu

Tuhan
Kita begitu dekat
Seperti kain dengan kapas
Aku kapas dalam kainmu

Tuhan
Kita begitu dekat
Seperti angin dengan arahnya
Kita begitu dekat
Dalam gelap

Kini aku nyala
Pada lampu padamu.***

Editor: Sri Ulfanita

Tags

Terkini

Terpopuler