Target berbeda dalam perang di Gaza: Zionist menyasar warga sipil, Hamas menargetkan serdadu dan tank IDF

- 9 Juni 2024, 14:57 WIB
Seorang pria Palestina membopong seorang anak korban serangan militer Zionist di Rumah Sakit Martir Al-Aqsa di Deir Al-Balah, Jalur Gaza tengah, 8 Juni 2024.
Seorang pria Palestina membopong seorang anak korban serangan militer Zionist di Rumah Sakit Martir Al-Aqsa di Deir Al-Balah, Jalur Gaza tengah, 8 Juni 2024. /REUTERS/Ramadhan Abed /

WartaBulukumba.Com - Pagi itu, suasana di kamp pengungsi Bureij dan kota Rafah di Gaza dihiasi dengan keheningan yang pecah oleh gemuruh ledakan. 

Ada target berbeda di kedua pihak dalam perang di Gaza. Militer Zionist menyasar warga sipil, sementara Hamas dan kelompok-kelompok perlawanan lainnya tetap menargetkan serdadu dan tank IDF.

Di balik awan yang menggelayut rendah, pesawat-pesawat tempur Israel penjajah membelah langit, membawa serta kehancuran yang tak terelakkan.

Baca Juga: Agresi militer Israel Penjajah memang bertujuan memusnahkan rakyat Palestina

Dilaporkan WAFA pada Ahad, 9 Juni 204 , dalam serangan terbaru, sedikitnya lima warga Palestina meregang nyawa dan beberapa lainnya luka-luka dalam serangkaian serangan udara yang menghantam kawasan tersebut.

Di kamp pengungsi Bureij, deru pesawat tempur seperti penanda bagi mereka yang terjaga dari tidurnya. Pada jam-jam pertama matahari terbit, rumah keluarga Abu al-Kas menjadi sasaran peluru kendali yang mematikan.

Tiga nyawa melayang seketika, dan tubuh-tubuh mereka yang malang di antara puing-puing yang pernah menjadi tempat perlindungan. Jeritan pilu dan tangis kehilangan menggema di sepanjang lorong-lorong sempit, mengiringi bau mesiu dan debu yang melayang di udara. 

Baca Juga: Merinding! Imam Shamsi Ali peringatkan hal ini pada Zionist Israel Penjajah

Di selatan Gaza, di kota Rafah, nasib serupa menimpa mereka yang tinggal di lingkungan Tel al-Sultan. Di sana, dua warga sipil tak sempat menyelamatkan diri ketika artileri Israel penjajah menargetkan sekumpulan orang yang sedang berkumpul.

Ledakan itu merobek kesunyian pagi, menyisakan lubang-lubang menganga di tanah dan duka yang tak terperi bagi keluarga yang ditinggalkan. Rafah yang dulu teduh di bawah naungan pohon-pohon palem, kini berlumur air mata.

Serangan itu hanyalah kelanjutan dari rangkaian kekerasan yang tiada henti. Hanya sehari sebelumnya, pasukan Israel penjajah melancarkan serangan brutal di kamp pengungsi Nuseirat, yang menewaskan 210 warga sipil dan melukai lebih dari 400 lainnya.

Tawa anak-anak yang biasanya menghiasi kamp itu, kini berganti dengan ratapan duka. Nuseirat yang dulunya menjadi rumah bagi ribuan pengungsi, kini terpuruk dalam duka dan kehancuran.

Baca Juga: Selain nyawa rakyat Palestina, Israel Penjajah juga menghancurkan sumber ilmu pengetahuan dan warisan budaya

Kuwait mengecam serangan Zionist di kamp Nuseirat

Diwartakan Al Jazeera pada Ahad, Kuwait telah bergabung dengan banyak suara yang mengecam serangan Israel penjajah di kamp Nuseirat, yang pada hari Sabtu menewaskan sedikitnya 210 orang dan melukai lebih dari 400 orang.

Dalam sebuah pernyataan, kementerian tersebut menyebut serangan itu sebagai “kejahatan keji” yang merupakan “pelanggaran terang-terangan terhadap hukum internasional”.

Mereka juga menyerukan kepada komunitas internasional dan Dewan Keamanan PBB untuk “memikul tanggung jawab mereka dalam menghentikan agresi barbar” terhadap Palestina.

Laporan Hind Khoudary untuk Al Jazeera dari Deir el-Balah, Gaza tengah, hari itu sangat berat bagi semua orang di wilayah tengah, terutama karena banyak yang mengungsi ke sana dari Rafah karena mereka mengira itu adalah area yang aman.

"Kami berbicara tentang keluarga yang benar-benar musnah. Penghancuran di daerah itu sangat besar," kata Hind Khoudary.

Rumah Sakit Al-Aqsa masih kewalahan. Setidaknya 400 warga Palestina terluka dalam beberapa jam dan dibawa ke sana, dan fasilitas tersebut sudah penuh dengan korban luka. Cidera sangat kritis. Beberapa orang membutuhkan amputasi segera.

Wanita dan anak-anak yang mencari perlindungan di rumah sakit mengatakan kepada saya bahwa mereka akan tinggal di sana karena mereka tidak punya tempat lain untuk pergi.

"Orang-orang merasa mereka terjebak. Mereka tidak bisa lagi pergi lebih jauh ke utara atau lebih jauh ke selatan. Mereka ketakutan bahwa serangan kemarin akan terjadi lagi," imbuh laporan tersebut.***

Editor: Alfian Nawawi


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah