WartaBulukumba.Com - Di lembah yang diliputi kabut, suara nyanyian Zulu bergema, membangkitkan rasa gentar di hati para tentara Inggris. Stanley Baker, sebagai Letnan John Chard, berdiri teguh, matanya memantulkan ketegangan yang menyelimuti udara.
Di kejauhan, siluet para pejuang Zulu muncul, berbaris seperti ombak yang siap menghantam. Langit berubah kelabu, seolah-olah alam sendiri menahan napasnya.
Di saat-saat mendebarkan ini, Chard memberi isyarat, dan detik-detik hening sebelum pertempuran pecah menjadi sebuah simfoni yang menegangkan. Kedua belah pihak, terpaku dalam detik-detik yang menentukan nasib mereka.
Baca Juga: Review dan sinopsis 'Argylle': Novel fiksi yang menjelma dunia spionase yang sebenarnya
Kedatangan penjajah dari Eropa
Perang di Afrika Selatan memiliki latar belakang yang panjang dan kompleks. Orang Belanda tiba di abad ke-17, dan Boer, keturunan kolonis Belanda, mendirikan sebuah republik. Suku Zulu memiliki kerajaan mereka sendiri.
Meskipun datang lebih belakangan, Inggris bertekad untuk menciptakan federasi dari republik-republik Boer, Kerajaan Zululand, dan berbagai suku independen lainnya.
Boer memberontak terhadap aneksasi Inggris pada tahun 1877, dan dua Perang Anglo-Boer terjadi hingga kedaulatan Inggris didirikan pada tahun 1902.
Baca Juga: Review film 'The Foreigner': Adu akting Jackie Chan dengan Pierce Brosnan
1400 tentara Inggris tewas
Inggris ingin membawa Kerajaan Zulu ke dalam federasi dan bersedia memulai perang untuk mewujudkannya. Pasukan Inggris memasuki Zululand pada Januari 1879, dan beberapa pertempuran yang sangat berdarah terjadi.