Marselino, yang hari itu tampaknya tidak terbendung, kembali menjadi sorotan pada menit ke-70. Menerima umpan silang yang sempurna, ia dengan sigap mengontrol bola dan tanpa ragu menembakkan peluru kedua ke gawang Yordania, menjauhkan skor menjadi 0-3. Namun, kegembiraan itu terusik sesaat saat Justin Hubner, dalam upaya membersihkan bola, malah memasukkannya ke dalam gawang sendiri, mengubah skor menjadi 1-3.
Tetapi Garuda Muda tidak tergoyahkan. Pada menit ke-86, Komang Teguh, yang sepanjang turnamen ini menunjukkan ketangguhan sebagai pemain bertahan, mendadak bertransformasi menjadi striker. Ia melaju kencang, menggiring bola melewati dua pemain bertahan dan dengan dingin menyelesaikan bola ke gawang lawan. Skor kembali menjauh menjadi 1-4, sebuah penegasan bahwa hari itu adalah milik Indonesia.
Baca Juga: Ranking FIFA terbaru: Indonesia melesat, Malaysia dan Vietnam tergelincir
Setelah wasit meniup peluit panjang, tanda berakhirnya pertandingan, Marselino Ferdinan dan rekan-rekannya langsung berlarian ke tengah lapangan, berpelukan, menyatukan keringat dan air mata. Di tribun, para pendukung Indonesia menyanyikan lagu kebangsaan dengan penuh semangat, bangga dengan apa yang telah dicapai oleh anak-anak muda ini.
Sebuah pertandingan sepak bola mungkin hanya berlangsung selama sembilan puluh menit, tapi bagi Indonesia, sembilan puluh menit di Doha itu adalah sembilan puluh menit yang mengubah segalanya. Di atas lapangan hijau di Qatar, Garuda Muda tidak hanya bermain, mereka menari dalam irama kemenangan, menorehkan catatan baru dalam sejarah sepak bola Indonesia, lolos ke perempat final Piala Asia U23.***