Sejarah Sepatu Emas Adidas: Kilau pencetak gol terbanyak di Piala Dunia U-20 FIFA dari masa ke masa

5 Juni 2023, 13:32 WIB
Ilustrasi Sepatu Emas /fifa.com

WartaBulukumba - Di tengah sorak sorai ribuan penonton yang menciptakan atmosfer magis di stadion megah, langit biru menyambut gemerlapnya lampu sorot di Piala Dunia U 20. Namun, di balik euforia laga, ada satu penghargaan yang menjadi pusat perhatian: Sepatu Emas Adidas.

Di panggung Piala Dunia U-20 FIFA, sorotan tidak hanya tertuju pada pertandingan seru dan bakat pemain muda yang menjanjikan, tetapi juga pada pencetak gol terbanyak yang akan mengangkat Piala Sepatu Emas adidas. 

Penghargaan ini diberikan kepada pemain yang berhasil mencetak gol terbanyak selama turnamen berlangsung, menjadi simbol kilau kecemerlangan dan ketajaman di depan gawang lawan.

Baca Juga: Sandy Walsh: Melawan Palestina dan Argentina adalah pengalaman penting dan berharga

Penghargaan Sepatu Emas Adidas merupakan penghargaan yang diberikan kepada pencetak gol terbanyak selama turnamen berlangsung.

Jika terdapat lebih dari satu pemain yang mencetak gol terbanyak, maka akan dipilih salah satu sebagai pemenangnya, dilihat dari jumlah umpan yang kemudian menjadi gol yang diciptakannya selama turnamen berlangsung.

Setiap turnamen Piala Dunia U-20 FIFA menyuguhkan persaingan sengit di antara para pemain muda yang berambisi menunjukkan kehebatan mereka. Dalam beberapa kasus, terdapat beberapa pemain yang mencetak gol dengan jumlah yang sama.

Dalam situasi tersebut, pemenang akan ditentukan berdasarkan jumlah umpan yang kemudian menjadi gol yang diciptakan selama turnamen. Inilah yang menjadikan perburuan Sepatu Emas Adidas semakin menarik.

Baca Juga: Lima legenda sepak bola dunia salah satunya Roberto Carlos jadi pelatih sehari di Fourfeo BRImo Future Garuda

Sejarah Sepatu Emas Adidas di Piala Dunia U-20 FIFA

Sejarah Sepatu Emas Adidas dimulai pada Tunisia 1977, di mana Guina dari Brasil berhasil mencatatkan dirinya sebagai pencetak gol terbanyak dengan mengoleksi 4 gol. Di urutan kedua, Hussein Saeed dari Irak dan Luis Placencia dari Meksiko sama-sama mencatatkan 3 gol, meraih Sepatu Perak dan Sepatu Perunggu.

Keajaiban di depan gawang terus berlanjut di turnamen-turnamen berikutnya. Pada Jepang 1979, Ramón Díaz dari Argentina mengukir prestasi gemilang dengan mencetak 8 gol, sementara Diego Maradona dari Argentina dan Andrzej Palasz dari Polandia memperebutkan Sepatu Perak dan Sepatu Perunggu dengan 6 dan 5 gol.

Australia 1981 menjadi panggung bagi Mark Koussas dari Australia, Taher Amer dari Mesir, dan Ralf Loose dari Jerman Barat yang sama-sama mencatatkan 4 gol, menghadirkan persaingan ketat dalam perburuan Sepatu Emas adidas.

Baca Juga: 6 tim ini sedang menatap pertempuran di perempat final Piala Dunia U-20 2023

Pergelutan gol-gol spektakuler terus berlangsung di Meksiko 1983, di mana Geovani dari Brasil mengguncang jala lawan sebanyak 6 kali. Joachim Klemenz dari Polandia dan Jorge Luis Gabrich dari Argentina juga tak ingin ketinggalan dengan masing-masing mencetak 5 dan 4 gol.

Uniknya, dalam Uni Soviet 1985, tiga pemain berhasil menembus jala lawan dengan jumlah gol yang sama, yaitu Sebastián Losada dan Fernando dari Spanyol, serta Odiaka Monday dari Nigeria. Mereka berbagi posisi dengan penuh kebanggaan, menunjukkan kekuatan dan keterampilan mereka dalam mencetak gol.

Pada Chili 1987, Marcel Witeczek dari Jerman Barat mencatatkan dirinya sebagai pencetak gol terbanyak dengan 7 gol, disusul oleh Davor Šuker dari Yugoslavia dengan 6 gol dan Camilo Pino dari Chili dengan 5 gol. Persaingan ketat ini menambah panasnya pertarungan untuk memperebutkan Sepatu Emas adidas.

Baca Juga: Piala AFF U-23 Championship 2023: Timnas Indonesia bertemu Malaysia dan Timor Leste di Grup B

Pada setiap turnamen, cerita serupa terus berlanjut. Setiap pemain berjuang keras untuk menembus jala lawan sebanyak mungkin. Di Arab Saudi 1989, Oleg Salenko dari Uni Soviet mencetak 5 gol, sedangkan Marcelo Henrique dari Brasil dan Christopher Ohen dari Nigeria sama-sama mencatatkan 3 gol.

Piala Sepatu Emas adidas tak pernah lepas dari pesona pertandingan sengit dan kehebatan pemain muda di depan gawang. Prestasi Sergei Sherbakov dari Uni Soviet, Ismael Urzaiz dari Spanyol, dan Pedro Pineda dari Meksiko di Portugal 1991, Henry Zambrano dari Kolombia, Chris Faklaris dari Amerika Serikat, dan Vicente Nieto dari Meksiko di Australia 1993, hingga Joseba Etxeberria dari Spanyol, Caio dari Brasil, dan Dani dari Portugal di Qatar 1995, semuanya mencerminkan semangat dan determinasi mereka dalam mencetak gol sebanyak mungkin.

Sorotan kembali tertuju pada Brasil pada Malaysia 1997, di mana Adaílton mencatatkan dirinya sebagai pencetak gol terbanyak dengan 10 gol yang luar biasa. David Trezeguet dari Prancis dan Kostas Salapasidis dari Australia juga menunjukkan ketajaman mereka dengan mencetak 5 dan 4 gol.

Baca Juga: Hasil pertandingan empat laga pembuka di Piala Dunia U-20

Setiap turnamen selalu menyuguhkan cerita menarik, dan Piala Dunia U-20 FIFA bukanlah pengecualian. Javier Saviola dari Argentina mencuri perhatian di Argentina 2001 dengan mengoleksi 11 gol yang mengesankan. Adriano dari Brasil dan Djibril Cissé dari Prancis juga tak mau kalah dengan masing-masing mencetak 6 gol.

Pencetak gol terbanyak tak hanya berasal dari negara-negara yang telah melegenda dalam sepak bola, namun juga berasal dari negara-negara yang sedang berusaha memperlihatkan potensi mereka. Eddie Johnson dari Amerika Serikat, Daisuke Sakata dari Jepang, dan Fernando Cavenaghi dari Argentina memamerkan kemampuan mereka di UEA 2003 dengan mencetak 4 gol masing-masing.

Dalam setiap turnamen, Sepatu Emas adidas selalu mencuri perhatian. Dengan Lionel Messi dari Argentina, Fernando Llorente dari Spanyol, dan Oleksandr Aliyev dari Ukraina di Belanda 2005, Sergio Agüero dari Argentina, Adrián dari Spanyol, dan Maxi Moralez dari Argentina di Kanada 2007, hingga Dominic Adiyiah dari Ghana, Vladimir Koman dari Hungaria, dan Aarón dari Spanyol di Mesir 2009, perburuan gol tak pernah kehilangan pesonanya.

Brasil, Spanyol, dan Prancis memperlihatkan dominasinya dalam perburuan Sepatu Emas adidas. Henrique Almeida dari Brasil dan Álvaro Vázquez dari Spanyol, serta Alexandre Lacazette dari Prancis di Kolombia 2011, Ebenezer Assifuah dari Ghana, Bruma dari Portugal, dan Jesé dari Spanyol di Turki 2013, semuanya menunjukkan keahlian mereka dalam mencetak gol.

Pada Selandia Baru 2015, Viktor Kovalenko dari Ukraina, Bence Mervo dari Hungaria, dan Marc Stendera dari Jerman menarik perhatian dengan mencetak gol-gol menakjubkan. Kemudian, di Korea Selatan 2017, Riccardo Orsolini dari Italia, Josh Sargent dari Amerika Serikat, dan Jean-Kévin Augustin dari Prancis mencatatkan namanya sebagai pencetak gol terbanyak.

Terakhir, Erling Haaland dari Norwegia, Danylo Sikan dari Ukraina, dan Amadou Sagna dari Senegal menghebohkan Polandia 2019 dengan ketajaman mereka di depan gawang lawan.

Piala Sepatu Emas Adidas terus menjadi simbol kecemerlangan dan ketajaman pemain muda di panggung Piala Dunia U-20 FIFA.

Setiap turnamen menawarkan kejutan dan kisah yang tak terlupakan dari para pencetak gol terbaik. Sepatu Emas Adidas tetap menjadi penghargaan yang ditunggu-tunggu oleh para penyerang berbakat yang ingin menorehkan namanya dalam sejarah sepak bola dunia.***

Editor: Nurfathana S

Tags

Terkini

Terpopuler