Lantas Dato ri Tiro menancapkan tongkatnya ke tanah yang membuat garis sehingga keluarlah mata air dari dalam tanah. Air menyembur dengan sangatderas hingga membentuk sungai yang kemudian dikenal saat ini dengan Sungai Panjang Hila Hila.
Masjid ini telah mengalami lima kali renovasi yakni renovasi pertama kali dilakukan pada tahun 1625, sedangkan renovasi terakhir kali dilakukan pada tahun 1998.
Baca Juga: Nikmatnya aroma dan cita rasa kopi dari Kahayya, wisata gunung di Bulukumba
Hal menarik lainnya yakni sebuah sumur panjang yang mengelilingi masjid dengan panjang sekitar 100 meter.
Sejak berdirinya mesjid ini bernama Mesjid Hila-Hila hingga pada tahun 1997 namanya diganti menjadi Masjid Nurul Hilal Dato Tiro.
Adapun makam Dato ri Tiro berada di lahan seluas 695 m2, berukuran panjang 2,90 meter dan lebar 2 meter.
Nisannya terbuat dari kayu raja dengan ornamen hias tumpal. Bentuk asli makam ini berupa batu kali yang belum dipahat, disusun membentuk segi empat panjang, memiliki cungkup dan dipagar menggunakan bambu yang telah dianyam. Makam ini telah dipugar sehingga mengalami perubahan.
Kompleks Makam Dato ri Tiro ditetapkan sebagai cagar budaya berdasarkan surat keputusan Nomor: PM.59/PW.007/ MKP/2010, tanggal 22 Juni 2010, Menteri Kebudayaan dan Pariwisata, Ir. Jero Wacik, S.E.
Dato ri Tiro kini diabadikan namanya di Masjid Islamic Center Dato Tiro di Kabupaten Bulukumba.***