WartaBulukumba - Wajah gerakan literasi di Kabupaten Bulukumba Sulawesi Selatan sedang berusaha mengusap air mata.
Betapa tidak, bangunan yang selama bertahun-tahun digunakan sebagai ruang belajar bersama oleh Rumah Baca Pinisi Nusantara 1986 di salah satu sudut kota Bulukumba ini sekarang terlihat sebagai onggokan material yang tak berguna sama sekali.
Bangunan yang pernah menjadi pusat gerakan literasi di Bulukumba ini sekarang tak berdaya dan tak terurus. Sarang laba-laba telah menggantikan jejeran koleksi buku yang biasanya tertata apik di rak-rak.
Baca Juga: Belajar dengan cara berbeda di SD 73 Kaseseng, membumikan gerakan literasi di Bulukumba
Dinding-dindingnya yang reyot tampak bolong di sana-sini. Sepertinya sebentar lagi akan rubuh menyatu dengan tanah. Sementara pasukan rayap menyerbu dari berbagai penjuru.
Tak ada lagi yang bisa mengenalinya sebagai simbol gerakan literasi di daerah berjuluk Bumi Panritalopi ini.
Bahkan, penggagas Rumah Baca Pinisi Nusantara 1986, Andhika Mappasomba menyebutkan: "Matinya simbol gerakan literasi di Bulukumba".
"Ruang ini pernah mencapai puncak, ketika dikelola oleh Keluarga Besar Sekolah Sastra Bulukumba, seniman kreatif dan salah satu penggiat literasi terbaik yang dimiliki Indonesia, Basmawati Haris," tutur Andhika Mappasomba dengan suara sendu pada Jumat, 3 Juni 2022.