Warta Bulukumba - Hujan menghilang dari cakrawala selama lebih dari dua bulan di beberapa daerah di Indonesia. Di Sulawesi Selatan, kekeringan merengkuh Barru, Pangkep, Takalar, dan Makassar. Daerah-daerah ini telah mengalami 68 hari tanpa hujan. Tanaman layu, sumur mengering, dan sungai-sungai mengecil.
Para petani memandang sawah mereka yang retak, tanah yang dulu basah kini sekeras batu, penuh retakan seperti peta kecil kehancuran.
Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) melaporkan bahwa tujuh provinsi di Indonesia sedang mengalami situasi yang tak biasa.
“Tujuh provinsi mengalami kekeringan ekstrem, dengan beberapa daerah tak diguyur hujan selama lebih dari 140 hari,” demikian keterangan resmi BMKG, dikutip dari Antara pada Rabu, 18 September 2024.
Baca Juga: 64 persen wilayah Indonesia memasuki musim kemarau: Sulawesi Selatan kategori siaga
Tujuh Provinsi Mengalami Situasi yang Tidak Biasa
Menukil data BMKG, di Nusa Tenggara Timur, Kota Kupang kini memecah rekor, tanpa hujan selama 144 hari. Sumba Timur membayangi dengan 141 hari, disusul Sabu Raijua (128 hari), dan Kupang (116 hari). Ini bukan sekadar angka yang dicatat dalam laporan resmi, melainkan kisah sehari-hari bagi mereka yang tinggal di sana.
Di Jawa Timur, cerita yang serupa menghantam wilayah Jember, Kota Probolinggo, dan Pasuruan yang masing-masing merasakan kekeringan selama 139 hingga 138 hari. Tanah yang biasanya menghidupi ladang padi kini menjadi saksi bisu keringnya harapan.
Penduduk yang bergantung pada pertanian mendongak ke langit, berharap awan kelabu muncul, namun hanya kebiruan yang terpampang sepanjang mata memandang.
Baca Juga: Puncak musim kemarau di Indonesia pada 2024: 61 persen di bawah normal