Warta Bulukumba - Aroma tanah yang mengering mulai tercium, menandai datangnya musim kemarau. Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) mengeluarkan peringatan dini tentang ancaman kekeringan meteorologis yang melanda sejumlah wilayah di Indonesia.
Kekeringan meteorologis adalah ancaman nyata, menandakan penurunan signifikan dalam curah hujan, yang dapat memengaruhi kehidupan dan mata pencaharian.
Menurut BMKG, kekeringan meteorologis ini terjadi ketika curah hujan di suatu daerah berada di bawah normal, menyebabkan kondisi kekeringan yang lebih parah.
Baca Juga: Puncak musim kemarau di Indonesia pada 2024: 61 persen di bawah normal
Sejak Pertengahan Agustus 64 Persen Wilayah Indonesia Memasuki Kemarau
Melalui Analisis Dinamika Atmosfer Dasarian II (11-20 Agustus 2024), BMKG mengungkapkan bahwa sebanyak 64 persen wilayah Indonesia telah memasuki musim kemarau, sebuah peringatan dini bagi wilayah-wilayah yang rentan terhadap kekeringan ini.
Pada pertengahan Agustus, BMKG mengamati bahwa sebagian besar wilayah di Indonesia, termasuk Aceh, Sumatera Utara, Riau, Jambi, Bengkulu, Sumatera Selatan, Lampung, Pulau Jawa, Bali, Nusa Tenggara Barat (NTB), dan Nusa Tenggara Timur (NTT), telah merasakan musim kemarau.
Selain itu, beberapa bagian Kalimantan, seperti Kalimantan Tengah, Kalimantan Selatan, dan Kalimantan Timur, serta sebagian Sulawesi, Maluku, dan Papua Selatan juga mulai menunjukkan tanda-tanda musim kering.
Baca Juga: Balada musim tanpa hujan: Prediksi jadwal musim kemarau 2024 oleh BMKG
Di sepanjang Dasarian III (21-31 Agustus 2024), BMKG memprediksi bahwa angin dari timur akan mendominasi sebagian besar wilayah Indonesia.