Warta Bulukumba - Setiap pertengahan bulan Hijriah, langit malam bersinar terang oleh purnama yang indah, mengundang umat Muslim untuk melaksanakan puasa ayyamul bidh. Tradisi ini tak sekadar rutinitas sunah, melainkan sebuah perjalanan spiritual yang mendalam. Di tengah kesibukan duniawi, puasa tiga hari ini memberi ruang untuk perenungan, meneladani ajaran Rasulullah SAW.
Pada September 2024, tepat setelah perayaan Maulid Nabi, tanggal 17, 18, dan 19 menjadi kesempatan untuk meraih pahala berlipat, menenangkan jiwa, dan mendekatkan diri kepada Allah SWT, di bawah cahaya purnama yang menyelimuti bumi.
Secara harfiah, "ayyamul bidh" berarti "hari-hari putih," karena puasa ini dilakukan pada tanggal 13, 14, dan 15 setiap bulan Hijriah, yaitu saat bulan purnama, yang menandakan langit malam yang cerah.
Ibadah ini menambah kekayaan spiritual seorang Muslim, karena memiliki banyak keutamaan, sebagaimana yang dijelaskan oleh berbagai sumber literatur.
Baca Juga: Hal-hal yang membatalkan puasa, bagaimana jika tidak sengaja?
Keutamaan Puasa Ayyamul Bidh
Apa saja keutamaan puasa ayyamul bidh? Tidak hanya bertujuan untuk meningkatkan ketakwaan dan keimanan, tetapi juga mengandung nilai pahala yang besar. Dalam sebuah riwayat, Rasulullah SAW bersabda bahwa puasa tiga hari setiap bulan sama seperti puasa sepanjang tahun. Ini karena Allah SWT menggandakan setiap kebaikan dengan sepuluh kali lipat, sebagaimana dijelaskan dalam hadits berikut:
"Siapa saja yang berpuasa tiga hari dari setiap bulan, maka puasa tersebut seperti puasa sepanjang tahun. Kemudian Allah menurunkan ayat dalam kitabnya yang mulia karena membenarkan hal tersebut: 'Siapa saja yang datang dengan kebaikan maka baginya pahala 10 kali lipatnya' [QS al-An'am: 160]. Satu hari sama dengan 10 hari." (HR Ibnu Majah dan at-Tirmidzi).
Hadits ini menunjukkan bahwa berpuasa tiga hari dalam setiap bulan Hijriah dapat memberikan ganjaran yang luar biasa. Secara matematis, puasa ayyamul bidh yang dilakukan selama tiga hari setiap bulan setara dengan puasa sepanjang tahun, karena satu hari berpuasa dihitung sebagai sepuluh hari dalam hitungan pahala.
Lebih lanjut, puasa ini juga dikenal sebagai puasa "hari-hari putih" karena dilakukan saat bulan sedang purnama dan bersinar terang. Rasulullah SAW sendiri rutin melaksanakan puasa ini, meskipun sedang dalam perjalanan, sebagaimana diceritakan dalam berbagai riwayat. Tindakan ini memperlihatkan betapa pentingnya puasa ayyamul bidh dalam kehidupan spiritual umat Muslim.