Warta Bulukumba - Terjangan hujan monsun di Pakistan telah menewaskan 293 orang dan 564 terluka. Langit, yang sebelumnya berwarna biru cerah, perlahan berubah menjadi kelam. Ketika tetes-tetes pertama hujan mulai turun, mereka seperti sentuhan ringan pada wajah, namun segera berubah menjadi jarum-jarum air yang tajam, menusuk permukaan tanah dengan keras.
Rintik-rintik cepat berubah menjadi guyuran deras, seolah-olah langit sedang melepaskan beban berat air yang selama ini tertahan. Tanah mulai menyerah, berubah menjadi lumpur tebal yang lengket.
Di tengah guyuran hujan monsun yang tak henti-hentinya, Pakistan mengalami bencana iklim terbesar dalam dua bulan terakhir.
Baca Juga: Pasukan tikus memakan telinga tentara 'Israel' di kamp militer Galilea
Ditakik dari Xinhua pada Rabu, 4 September 2024, laporan dari Otoritas Penanggulangan Bencana Nasional (NDMA), sebanyak 293 orang kehilangan nyawa, dan 564 lainnya terluka. Banjir dan hujan deras ini juga merusak hampir 20.000 rumah, 39 jembatan, dan sejumlah sekolah di seluruh negeri.
Provinsi Punjab dan Khyber Pakhtunkhwa menjadi wilayah dengan dampak paling parah, dengan ratusan korban jiwa dan luka-luka.
Sementara itu, lebih dari seribu ternak mati, menambah beban penderitaan masyarakat yang sudah kehilangan harta benda dan mata pencaharian.
Baca Juga: Mayor Jenderal 'Israel' mengakui tentara IDF belum mampu mengalahkan militan Palestina
Pernikahan Anak sebagai Strategi Bertahan Hidup
Di balik statistik dan laporan resmi, ada kisah-kisah yang menggambarkan bagaimana bencana ini memengaruhi kehidupan sehari-hari warga Pakistan.