WartaBulukumba.Com - Lampu-lampu neon yang berkelip di sepanjang Deep Ellum seolah berdansa bersama roda-roda besar Ferris Wheel di Fair Park yang berputar perlahan. Di bawah langit Texas, Dallas berdiri dengan bangga, kota koboi modern yang merangkul langit biru dan menyambut angin Selatan.
Dari detak musim panas ke musim gugur, Dallas terasa lebih hangat dari biasanya dengan ribuan Muslim berkumpul di sini, menghadiri Pertemuan Tahunan Komunitas Muslim Amerika Utara (ISNA).
Acara ini, seperti biasa, mengundang beragam peserta dari berbagai latar belakang—mulai dari para pemuda yang bergabung dengan Muslim Youth of North America (MYNA) hingga para ulama dan intelektual yang berkumpul di bawah naungan Fiqh Council of North America (FCNA).
Mulai tanggal 30 Agustus hingga 1 September, diperkirakan ada sekitar 10,000 warga Muslim Amerika yang hadir mengikuti berbagai acara yang disajikan.
Baca Juga: Oknum PBNU melakukan kunjungan ke 'Israel', Shamsi Ali ungkap fakta lainnya yang mengejutkan
Di antara lautan manusia itu, ada Shamsi Ali Al-Kajangi, seorang putra Kajang, Bulukumba, Imam di Masjid Islamic Center New York, Amerika Serikat.
Ia bukan wajah baru di acara ini, namun keberadaannya selalu menarik perhatian. Bagi Shamsi Ali, ISNA lebih dari sekadar organisasi—ia adalah jembatan yang menghubungkan beragam identitas Muslim di Amerika.
“Pertemuan Tahunan ISNA ini adalah salah satu dari sedikit momen di mana kita bisa melihat dan merasakan keberagaman Muslim di Amerika secara nyata. Dari berbagai etnis, budaya, hingga pemikiran, semua berkumpul di sini, bersatu dalam akidah yang sama," kata Shamsi Ali kepada WartaBulukumba.Com dalam wawancara virtual pada Selasa, 3 Agustus 2024.