Warta Bulukumba - Di Kabupaten Bulukumba, Sulawesi Selatan, jalanan seperti urat nadi yang menghubungkan denyut kehidupan warganya. Namun, di beberapa sudut, jalan-jalan itu tampak seperti kanvas retak, mencerminkan kelelahan yang tertanam dalam tiap lekuk dan lubangnya.
Ketika hujan turun, genangan air berubah menjadi cermin yang memantulkan langit, menyembunyikan jebakan bagi roda-roda yang melintas. Setiap pengendara, seolah menari di atas teka-teki aspal yang tak beraturan, menghindari rintangan yang tak tampak. Bagi warga, perjalanan tak lagi hanya soal jarak, tapi juga tentang bagaimana menyiasati jalan yang perlahan kehilangan kekuatannya.
Di sinilah, di antara deru mesin dan debu yang tersisa, harapan akan perbaikan dan perubahan terus berbisik di sepanjang jalur-jalur yang menghubungkan mereka dengan masa depan.
Baca Juga: Jalan rusak puluhan tahun di Desa Taccorong, begini tanggapan Ketua DPRD Bulukumba
Dalam tiga tahun terakhir, Kabupaten Bulukumba menghadapi dinamika yang kompleks dalam hal pembangunan infrastruktur, terutama kondisi jalan yang menjadi urat nadi mobilitas masyarakat.
Di bawah kepemimpinan Andi Muchtar Ali Yusuf dan Andi Edy Manaf, sejumlah proyek pembangunan telah diluncurkan, namun permasalahan jalan rusak tetap menjadi sorotan.
Berdasarkan data terbaru yang dirilis oleh Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Bulukumba, jalan dengan kondisi rusak memang menunjukkan tren penurunan dari tahun ke tahun. Namun, peningkatan signifikan pada jalan rusak berat mencerminkan tantangan yang masih harus diatasi oleh pemerintah daerah.
Penurunan Jalan Rusak, Kenaikan Jalan Rusak Berat
Data BPS menunjukkan bahwa pada tahun 2021, panjang jalan rusak di Bulukumba mencapai 220,96 kilometer, naik menjadi 250,78 kilometer pada 2022. Namun, di tahun 2023, angka ini turun cukup signifikan menjadi 163,01 kilometer. Penurunan ini dapat dilihat sebagai keberhasilan pemerintah daerah dalam menangani sebagian jalan rusak.