Dusun Bassiu, sebuah pemukiman terpencil di Desa Gunturu, Kecamatan Herlang, terkena dampak yang paling parah.
Jembatan penghubung yang menjadi nyawa bagi komunitas ini telah terpecah menjadi berkeping-keping.
Tidak ada lagi jalan yang mempersatukan mereka dengan dunia luar. Hanya reruntuhan dan kerusakan yang tersisa sebagai saksi bisu dari kehancuran tersebut.
Dusun Dongi, di Desa Manyampa, Kecamatan Ujung Loe, terendam oleh lautan air yang deras. Rumah-rumah yang biasanya menjadi tempat kedamaian dan kehangatan, kini menjadi sarang kegelapan dan keputusasaan.
Di tengah banjir yang melanda, 29 rumah warga dan sebuah masjid tenggelam dalam kehancuran. Tidak ada tempat untuk berlindung, hanya ada gelombang air yang menghancurkan harapan mereka.
Namun, bencana tak hanya mengirimkan banjir mematikan, tetapi juga tanah longsor yang mengguncang dasar kehidupan warga.
Baca Juga: Molor dari jadwal Raker, Ketua DPK KNPI Bulukumpa sebut dinamika organisasi
Dusun Bontosuka, di Desa Bontotangnga, Kecamatan Bontotiro, juga mengalami nasib yang sama. Dua rumah warga, yang merupakan tempat berlindung dari badai kehidupan, kini rusak parah akibat longsoran tanah yang tak terduga.
Di bawah sinar matahari yang sedikit demi sedikit kembali muncul, para warga terdampak bencana ini berusaha membangun kembali kehidupan.***